Kita terpisah hanya setengah meter
Tapi nasib kita seolah berjarak jutaan kilometer
Engkau tidak beralas kaki dan kewalahan menggendong batita kecil yang tidak jauh lebih muda dari usia minimu
Mencari recehan dari meminta setengah memaksa
Mata memerah lelah, dan mungkin, perut berteriak
Melawan cuaca berangin yang kupercaya tidak sehat untuk paru-paru mungilmu,
Memikirkan bongkahan nasib malang yang tidak seharusnya kamu pikul..
Sedangkan aku...
Beralas kaki sepatu mahal yang bisa membiayaimu makan beberapa minggu, menenteng tas berlabel asing yang negara asalnya pasti belum pernah kamu dengar karena kamu tidak pergi sekolah,
dan duduk di dalam mobil yang seharga biaya hidup sanak keluargamu lima tahun, memikirkan kesulitan hidup yang jauh dari kekhawatiran tidak dapat bertahan hidup...
Lalu kita bertumbukan mata
Aku bisa merasakan tatapan matamu menyisiriku
Seolah menatap dunia mimpi di balik kaca
Andai engkau bisa punya segala yang kupunya, pikirku, mataku tidak perlu berkaca-kaca setiap berhenti di lampu merah yang jadi rumah keduamu.
naa