Friday, July 18, 2014

who past whom

"i don't remember their last haircuts
Probably couldn't recognize well their laughter if we met
knowing that neither they nor I ever need to fix and replace what's gone
I suddenly believe that we ride in different time, and don't find out yet, who past whom."

naa          





                                         

Wednesday, July 9, 2014

sadly, this is useless

Seringkali setiap menyetir seorang diri, di track panjang sepanjang cipularang, maupun track pendek-pendek pagi buta pulang ke rumah saya menemukan banyak pemikran dan emosi, yang sering kali lebih banyak tertumpah saat saya duduk di kursi driver, saya tidak tahu apakah orang-orang lalin juga melakukan hal yang sama, misalnya sesenggukan menangis selama menyetir di tol sampai bibir terasa bengkak pasca disengat lebah, belum pernah sih, hanya mengira-ngira saja rasanya.
Lantas ada dua hal yang saya pikirkan tadi selama menyalip-nyalip truk-truk sebesar megatron di tol Cikampek, pertama, kenapa kita membenci, dan tidak bisakah kita berhenti membenci. Perasaan itu bukanlah sesuatu yang asing selama kita hidup menjadi manusia. Kita benci benda, kita benci pengalaman-pengalaman pahit, beberapa dari kita malah membenci diri sendiri. Semua dengan alasan yang kita percaya membenarkan kebencian. Pada intinya, selalu ada pembenaran yang tampak logis, atau yang logis dan tampak benar, mana pembenaran yang tepat, hanya dinilai secara individual. Saya bisa tidak sepaham dengan orang yang membenci seseorang dari etnis tertentu karena menggenalisir negara asal etnis tersebut yang disebut-sebut di berita merugikan negara kita, tapi ketidaksepahaman saya tidak dapat menjadikannya berhenti membenci kelompok etnis tersebut.
Saya punya daftar hal-hal yang saya benci, tapi syukurlah saya tidak punya daftar resmi orang-orang yang saya benci. Saya suma punya daftar orang yang tidak saya suka atau tidak lagi saya sukai. Karena sepertinya membenci orang merupakan tindakan yang berrisko, banyak energi saya yang akan habis bila membenci seseorang, contohnya sewaktu saya belajar membenci teman sekelah saya sewaktu saya masih SD. Karena dia sangat pintar dan saya berkali-kali duduk di peringkat dua di bawahnya. Saya merasa menghabiskan banyak energi untuk tidak mau bertanya apapun tentang pelajaran padanya, atau meminjam barangnya, atau sekedar mengundangnya ke acara perayaan ulang tahun saya, aksi-aksi yang tidak perlu, yang membuat saya bergidik memikirkannya.
Lalu seorang guru sewaktu saya sekolah SMP menyebutkan satu kalimat yang terngiang dan berandil sedikit dalam mengubah pandangan saya tentang kebencian : kita tidak diciptakan untuk membenci, itu hanya perasaan tidak suka yang terus kita pertahankan. Saya pikir-pikir kalimat itu ada benarnya, kita akan selalu bertemu orang yang melakukan hal-hal menyebalkan yang bisa saja membuat kita tidak menyukai orang tersebut, tapi alasan itu saya rasa hanya cukup untuk melandasi ketidaksukaan yang sesaat, kalau sampai kita menciptakan alasan-alasan lain maka saat itu kita memutuskan untuk membencinya, dan menurut saya tanpa kita sadari kita melakukan segala hal untuk melanjutkan alasan itu, dan menciptakan kebencian, dan mungkin kita tidak mengakui bahwa hal-hal itu membuat kita kelelahan.
Dengan menulis ini saya tidak menyatakan bahwa saya adalah orang yang lurus-lurus saja dan tidak pernah membenci orang lain. Beberapa kali pun semasa kuliah saya sebagai seorang sahabat wanita yang baik ikut membenci mantan pacar teman saya, atau pacar barunya mantan teman saya, dalam tahun kemarin saya baru saja dinobatkan menjadi public enemy di genk tertua saya (tertua usia pertemanannya) dan rasanya tidak usah diwawancara satu-satu apakah mereka membenci saya atau tidak. Melalui mereka saya belajar untuk tidak membenci dua hal, membenci mereka karena berhenti berteman dan membenci diri saya sendiri karena memutuskan pertemanan lantaran tak kuat hati dan tak kuat malu diasingkan. Karena saya lelah membenarkan alasan saya untuk membenci mereka yang menyakiti hati saya dan membenci diri saya sendiri atas tindakan ekstrem saya yang membuat mereka pergi, karena bagi saya kesalahan yang kita perbuat adalah one time thing, biar seberat apa pun, yang tidak kita sukai adalah tindakannya, bukan orangnya.
Rasanya sulit ya menemukan alasan paling tepat tidak menyukai seseorang selain karena sifat maupun perbuatannya, tapi kalau mengingat hakikat kelahiran manusia yang ditakdirkan bersih dari nol, dengan segala kebaikan yang ditabung orangtua selama membesarkan kita, membenci adalah sikap pilihan yang kita bentuk seiring waktu, bukan sikap yang diturunkan atau sesuatu yang dikodekan melalui DNA. 

naa




"tak sulit mengingatkan tentangmu
semua kenangan yang kita tulis sepanjang masa bersama
hingga satu titik kuputuskan untuk menambah warna lain dalam ceruk pelangimu
melunturkan mejikuhibiniu pertemanan yang kita terjemahkan semasa muda
aku lupa mengatakan maaf
kamu tidak bilang kapan akan berhenti berseberangan 
semua tiba-tiba berhenti 
sudah hampir setahun sampai kini
kapan kita berhenti dalam diam saling membantai
dan suatu hari bisa bicara dalam damai?"


Monday, July 7, 2014

jalan tol

berkendara bersama
di jalanan panjang membelah gunung-gunung hijau
sinar matahari sore menentramkan hawa dingin pasca hujan berangin

lagu ska lama diputar menyalak
suaraku bernyanyi sember berteriak
kita tertawa-tawa geli
mengawasi truk-truk bertulis aneka kalimat basi

tak ada yang terasa mengapa
tidak bahagia berlebihan
tidak sedih berkepanjangan
hanya sesederhana rasa damai melekat
tidak risau akan hal kecil seperti bekas jerawat

sungguh Yang Maha Baik
berkah alam-Mu selalu yang terbaik!


naa