Thursday, May 17, 2012

best coffee mate

hey!

Hey! (sapaan balik, dan denting gelas kopi)

apa itu?

Cafe latte

tanpa gula?

Ya

mengapa tanpa gula

Tidak perlu gula (bunyi seruput kopi)

kan tidak manis?

Kan tidak pahit? kenapa dibikin manis?

betul (mengiyakan, membuka menu)

Apa pesanan kamu?

lemon tea, gulanya sedikit

Tuh kan lemon tea kan asam?

tidak terlalu asam kok

Nah, kita sama saja kan?

apanya?

Sama-sama memahami apa yang kita pesan....

dan tidak perlu banyak tambahan!

Ya (menyuruput kopi)

betul (menyuruput lemon tea)

....

menurut kamu ada enggak 'surga dunia'?

Mungkin ada, menurut kamu?

ada... (bunyi gelas teh)

Dimana?

di tempat ini, sewaktu kita kebetulan sama-sama memahami pesanan minuman, murni kita tanpa kompromi

Sejalan ya? (seruput kopi)

ya, dalam terowongan yang sama (seruput lemon tea)


(saling melihat; tersenyum idiot; tertawa; high-five)

"surga ada ketika dua orang berseberangan sepaham dan berjanji bertemu di luar ruangannya masing-masing"


naa

Sunday, May 6, 2012

hujan adalah perempuan

Folks,

Saya bertanya sama teman saya. Menurutnya, hujan itu perempuan atau laki-laki? Dia, mungkin ingin bercanda menanggapi saya yang sedang kebosanan bilang kalau hujan itu banci, dan teman saya ini homophobic, makanya dia benci banci dan menganalogikan hujan itu adalah banci. (No offense! Sungguh!) saya tergelak sendiri membaca bbm-nya, saya pun berpikir sendiri.
Menurut saya, hujan itu perempuan. Karena tidak bisa ditebak. Kadang-kadang bisa, kalau langit memberi petunjuk, tapi lebih banyak tidak. Perempuan pun sulit ditebak, tidak ada layarnya seperti handphone atau laptop, tidak ada alarm nya seperti jam weker dan tidak ada lampu seinnya seperti mobil.
Hari ini hujan mengawali hari saya. Hujan deras turun sekitar jam 11 siang, 3 jam setelah saya sadar penuh dan membuka mata pagi hari, hujan deras turun sewaktu saya sedang nemplok di ubin dan membaca novel feminis yang tidak bisa tidak saya baca. Padahal saya ada janji kencan hari ini, dan dia terlambat dan saya yakin, hujan akan makin melambatkan perjalanannya. Lalu saya balas bbm teman saya, tidak boleh benci hujan karena hujan itu rejeki. Hujan itu perempuan, dan perempuan itu rejeki. Perempuan datang ke kehidupan dunia ini sebagai penggenap, karena nabi Adam dihitung satu, ditambah Siti Hawa maka akan jadi dua, bilangan yang genap.
Menurut teman saya yang suka sekali menonton film dan saya nikmati sesi bicara dengannya karena saya juga suka mengkalibrasikan momen saya dengan adegan-adegan film, hujan selalu membawa suasana sedih dan membuat pemeran filmnya matanya berkaca-kaca. Betul, perempuan memang begitu, sering sekali berkaca-kaca atau membuat orang berkaca-kaca matanya. Mungkin karena saraf otonom perempuan yang terhubung ke kelenjar air mata didisain secara fungsional untuk lebih responsif. Responsif, sebelas dua belas dengan cengeng. Lalu saya bilang, saya mau mandi hujan, pasti menyenangkan, dan teman saya melarang, jangan! Nanti sakit. Lagi-lagi, betul juga kata teman saya, perempuan memang kadang-kadang membuat sakit. Sakit hati karena patah hati, sakit jiwa karena ditinggal mati atau sakit-sakit lainnya.
Waktu saya berangkat mau pergi makan sushi, langit sedang cerah. Langit sore yang bukan favorit saya, tapi setidaknya tidak menambah teror macet Jakarta hari minggu karena tidak menurunkan hujan. Begitu pula langit malam ketika saya berkendara ke warung kopi kesayangan di daerah Cikini, saya pikir hujan tidak akan mendatangi saya lagi. Lalu menjelang jam pulang malam saya, di salah satu rute jalan pulang saya di daerah Pasar Rumput, ada bekas-bekas hujan. Ah. Perempuan yang tidak bisa ditebak, tadi dia datang dengan keanggunannya, lalu tiba-tiba tanpa tanda dia meninggalkan aromanya di jalanan yang menjadi licin. Seperti itulah kedatangan perempuan di dalam hidup seseorang lelaki, kadang-kadang tiba-tiba seperti jatuh dari langit, lalu kadang-kadang tanpa aba-aba pergi begitu saja tanpa pemberitahuan. Saya mungkin adalah hujan yang dikutuk lelaki baik hati yang baru saja angkat kaki dari sejarah carut marut hidup saya.
Lalu di kemacetan yang tidak saya perkirakan akibat resepsi akbar di suatu gedung yang jaraknya 500 meter dari Pancoran, yang membuat saya terpaksa pasrah kalau saya harus kembali menaikkan amarah mama saya dan mengemban cap anak yang tidak bisa dibilangin, hujan sebenarnya tidak turun di situ, tapi saya masih membawanya di dalam pikiran saya. Perempuan pun mengekspresikan hatinya seperti hujan. Saat gembira seperti langit yang terang, perempuan menangis haru, hujan bisa saja turun, lalu saat kesal dan marah seperti langit yang penuh amarah dan muntah kilatan, hujan jelas turun menyandingi badai. Perempuan jelas menangis saat bersedih dan penuh amuk, setidaknya di dalam hatinya.
Jadi, bagi saya, hujan itu perempuan. Saya mencintai hujan. Saya mencintai perempuan, saya mencintai mama saya  yang sekarang dengan penuh keposesifan mengabsen saya setiap jam 7 malam dan menyuruh pulang, meskipun sulit betul meredam kekesalan polos sebagai perempuan muda berusia 24 tahun yang jadi merasa diperlakukan seperti ABG 17 tahun, saya menerimanya sebagai wujud rejeki saya karena saya masih diperhatikan, dicintainya sebagai kembang kesayangannya. Mama adalah hujan, hujan yang kalau turun akan selalu bikin mobil-mobil melambat dan sumbatan total di jalanan jakarta yang akan membuat telapak kaki kiri saya mencium pedal kopling penuh nafsu dan menguji kesabaran saya, tapi saya menyukai hujan karena hujan adalah rejeki, tanpanya tidak akan tumbuh padi atau gandum sehingga menghambat saya makan nasi goreng atau roti bakar.


naa

Mandi hujan pun adalah inspirasi saya untuk terobsesi punya rumah sendiri yang kamar mandinya akan dipasangi rain shower.

Wednesday, May 2, 2012

cerita pacar perempuan


Hello there Folks,

Hari ini bertemu dengan pacar perempuan tersayang, yang memarahi saya karena selaaaalu menyempatkan diri bertemu dengan orang-orang lain tapi tidak menyempatkan diri bertemu dengannya. Haduh..... time management saya memang buruk, bukan dia saja yang marah-marah, mama saya pun sudah naik pitam rasanya soal itu.
Okay. waktu-waktu yang tidak terlewati bersama itu ternyata tidak bisa membuat kedekatan saya dan dia mengangkang, artinya, kami hanya butuh 2 jam untuk menyederhanakan timeline panjang segala permasalahan, ankara murka, gosip, berita dan klarifikasi. Saya tahu, entah berapa minggu lagi atau pun entah berapa bulan lagi akan ada waktu seperti ini, tapi pasti kami tidak akan berubah! Berani jamin!

Pembicaraan mengenai saya dan percintaan dan kehidupan pasca sumpah dokter sudah selesai dalam rangkaian 300 kata, happy ending. Saya sudah kelewat banyak brainstorming dengan teman-teman aneka rupa tentang permasalahan hidup saya jadi saat itu saya lebih tidak sabar mendengar berita kehidupannya.
 Topik utama perempuan-perempuan menjelang usia 25 (berdasarkan pengalaman dan survei kecil-kecilan dan kebanyakan baca novel) percintaan versus kemandirian, to simplify, putus pacar! Ya. Putus pacar. Teman saya yang tersayang ini sudah mengarungi kehidupan aneh dan segala masalah di dalamnya dan saya sudah hampir 6 tahun menyaksikannya atau setidaknya menjadi pendengar epilognya saja, dan bagian putus pacar ini pun adalah pengulangan episode dari season sebelum-sebelumnya. Dan hari itu dia tidak menangis, saya percaya dia tidak akan menangis, tapi saya mengagumi kekuatan besar yang dimiliki dari posturnya yang mini itu.
Mungkin hidup sudah demikian lucu baginya, atau kebebasan berpikir sudah menuntunnya menghadapi masalah dengan berbagai solusi ajaib yang meskipun berseberangan dengan norma atau malah garis agama sekali pun. Dia termasuk jajaran teman yang saya idolakan dan saya tunggu-tunggu hari pernikahannya, dan saya mengagumi kemandiriannya. Dan saya selalu suka bagian ketika dia menceritakan bagaimana dia menceritakan masalahnya pada Tuhan dan bagaimana dia meminta pada Tuhan. She talks to God like she talks to a friend. Lugas, akrab, tanpa ada rasa malu-malu dan yang paling penting, jujur. Yah kita memang tidak bisa berbohong pada Tuhan, jujur yang saya maksud di sini adalah bagaimana dia mengakui bahwa dia masih melakukan hal yang salah dan sadar penuh kalau segala cobaan yang diberikan itu mungkin adalah penebusan kesalahannya. Saya pikir saya sudah cukup aneh dalam merangkai kata-kata doa, tapi ternyata teman saya ini lebih unik lagi berdoanya.

Opini saya adalah, jarang-jarang saya menemukan orang yang mencintai-Nya tanpa harus mengikuti mainstream bagaimana cara mencintai-Nya. Mengutip kata-kata teman saya yang lain yang tersayang, mencintai-Nya bukan karena takut pada-Nya tapi karena percaya pada-Nya. Percaya bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang mampu menolong kita selain kekuatan-Nya. Pacar perempuan saya ini entah mengapa terasa lebih religius di mata saya, dan bukannya dibuat-buat seolah ingin sok suci, tapi karena memang dia sesederhana itu mencintai Tuhan. Dengan berlari pada-Nya kapan pun hidupnya tersandung dan bicara dengan-Nya dalam bahasa yang akrab!

Saya bangga bisa berteman dengan perempuan-perempuan hebat, dan teman ini adalah salah satunya. Jadi saya merasa penting untuk membukukan perasaan ini di blog saya yang hanya dibaca secara reguler oleh segelintir orang. Dan oh saya lupa, dia belum akan berumur 25 tahun ini karena dia lebih muda daripada saya 1 tahun (damn!), tapi dia tampak jauh lebih dewasa, berpengalaman hidup cukup banyak, fashionable (yang tidak akan segan-segan memaksa saya ganti baju kapan pun selera berpakaian saya mencapai penilaian yang diekspresikannya dengan mulut menertawakan) dan saya percaya dia akan jadi dokter yang hebat seperti Cuddy di serial House. Dan hari ini ketika bertemu saya dia mengenakan dress fancy dengan belt apik dan rambut baru yang di-smoothing setengah karena dia ingin ujung-ujung ikalnya tetap ada agar tetap tampak seksi. Dan dia berhasil mencapai image itu, dan ini mungkin terdengar lesbi, saya menyayangi pacar perempuan saya ini seperti saya menyayangi pacar laki-laki saya yang pernah ada, meskipun dia jawa tulen dan saya berasal dari sumatera murni, tapi saya dan dia itu pada dasarnya punya alur yang sama dan mulut sama pedasnya dalam mengomentari orang-orang, sehingga biarpun teman-teman lain berrontokan seperti rambut saya dulu waktu masih panjang dan mengagumkan, dia tetap akan bisa saya temui dan tetap menjadi teman yang sama persis tanpa men-judge atau merasa asing.

Dulu saya pernah berdoa untuk seorang teman yang sudah sama-sama meninggalkan cangkang keemasan usang pertemanan kami agar tidak pergi dan menganggap saya simpanse aneh kalau-kalau saya menemukan cerita hidup lain,  dan tidak terkabul untuk suatu alasan yang saya sudah terima sekarang. Dan sekarang saya berdoa semoga teman saya yang ini akan tetap menjadi pacar perempuan saya sampai kapanpun, meskipun saya nanti bisa saja bertransformasi jadi bentuk yang lebih aneh daripada yang terlihat di mata sebagian orang-orang, tapi semoga dia tetap melihat saya sebagai saya, pacar perempuannya yang akan menangis kalau melihat ayam-ayam digantung di motor dalam keadaan kepala di bawah dan dia akan memanggil saya dengan nada sayangnya “aaah naanaaa jangan nangiiis...”


Glad to share.


 
naa


Ps woff yu luli.


summary


this is to sum up my whole week and in the beginning of May .



'a thank note'

terima kasih sudah melihat,
terima kasih sudah tersenyum
sudah menertawakan
sudah memutuskan untuk tercelup,

terima kasih tidak sengaja jadi kerikil
tidak sengaja tertarik ikut-ikutan menulis sejarah hidup,
ikut-ikutan banyak bicara sebanyak aku mengoceh
terima kasih untuk pelukan super erat yang hanya bisa dibalas tepukan di punggungmu

terima kasih akhirnya menyerah dan mau angkat kaki

sampai nanti,


dan selamat datang di klub teman karib ku.

naa

(if you can't stand my failed mixing coffee, then you can't stand living with me)



'tea cup'

afternoon tea with you
one cup of sour sweet tea
with the one i've dreamed
talk about this and that
and the life that's attached us for years
i won't lie or act things out like you're my ever after happy ending
but,
i'm happy, seriously, this is way much better

naa


ps
love you for a thousand more (years). by Christina Perry, sounds like a perfect track, played twice