Wednesday, May 2, 2012

cerita pacar perempuan


Hello there Folks,

Hari ini bertemu dengan pacar perempuan tersayang, yang memarahi saya karena selaaaalu menyempatkan diri bertemu dengan orang-orang lain tapi tidak menyempatkan diri bertemu dengannya. Haduh..... time management saya memang buruk, bukan dia saja yang marah-marah, mama saya pun sudah naik pitam rasanya soal itu.
Okay. waktu-waktu yang tidak terlewati bersama itu ternyata tidak bisa membuat kedekatan saya dan dia mengangkang, artinya, kami hanya butuh 2 jam untuk menyederhanakan timeline panjang segala permasalahan, ankara murka, gosip, berita dan klarifikasi. Saya tahu, entah berapa minggu lagi atau pun entah berapa bulan lagi akan ada waktu seperti ini, tapi pasti kami tidak akan berubah! Berani jamin!

Pembicaraan mengenai saya dan percintaan dan kehidupan pasca sumpah dokter sudah selesai dalam rangkaian 300 kata, happy ending. Saya sudah kelewat banyak brainstorming dengan teman-teman aneka rupa tentang permasalahan hidup saya jadi saat itu saya lebih tidak sabar mendengar berita kehidupannya.
 Topik utama perempuan-perempuan menjelang usia 25 (berdasarkan pengalaman dan survei kecil-kecilan dan kebanyakan baca novel) percintaan versus kemandirian, to simplify, putus pacar! Ya. Putus pacar. Teman saya yang tersayang ini sudah mengarungi kehidupan aneh dan segala masalah di dalamnya dan saya sudah hampir 6 tahun menyaksikannya atau setidaknya menjadi pendengar epilognya saja, dan bagian putus pacar ini pun adalah pengulangan episode dari season sebelum-sebelumnya. Dan hari itu dia tidak menangis, saya percaya dia tidak akan menangis, tapi saya mengagumi kekuatan besar yang dimiliki dari posturnya yang mini itu.
Mungkin hidup sudah demikian lucu baginya, atau kebebasan berpikir sudah menuntunnya menghadapi masalah dengan berbagai solusi ajaib yang meskipun berseberangan dengan norma atau malah garis agama sekali pun. Dia termasuk jajaran teman yang saya idolakan dan saya tunggu-tunggu hari pernikahannya, dan saya mengagumi kemandiriannya. Dan saya selalu suka bagian ketika dia menceritakan bagaimana dia menceritakan masalahnya pada Tuhan dan bagaimana dia meminta pada Tuhan. She talks to God like she talks to a friend. Lugas, akrab, tanpa ada rasa malu-malu dan yang paling penting, jujur. Yah kita memang tidak bisa berbohong pada Tuhan, jujur yang saya maksud di sini adalah bagaimana dia mengakui bahwa dia masih melakukan hal yang salah dan sadar penuh kalau segala cobaan yang diberikan itu mungkin adalah penebusan kesalahannya. Saya pikir saya sudah cukup aneh dalam merangkai kata-kata doa, tapi ternyata teman saya ini lebih unik lagi berdoanya.

Opini saya adalah, jarang-jarang saya menemukan orang yang mencintai-Nya tanpa harus mengikuti mainstream bagaimana cara mencintai-Nya. Mengutip kata-kata teman saya yang lain yang tersayang, mencintai-Nya bukan karena takut pada-Nya tapi karena percaya pada-Nya. Percaya bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang mampu menolong kita selain kekuatan-Nya. Pacar perempuan saya ini entah mengapa terasa lebih religius di mata saya, dan bukannya dibuat-buat seolah ingin sok suci, tapi karena memang dia sesederhana itu mencintai Tuhan. Dengan berlari pada-Nya kapan pun hidupnya tersandung dan bicara dengan-Nya dalam bahasa yang akrab!

Saya bangga bisa berteman dengan perempuan-perempuan hebat, dan teman ini adalah salah satunya. Jadi saya merasa penting untuk membukukan perasaan ini di blog saya yang hanya dibaca secara reguler oleh segelintir orang. Dan oh saya lupa, dia belum akan berumur 25 tahun ini karena dia lebih muda daripada saya 1 tahun (damn!), tapi dia tampak jauh lebih dewasa, berpengalaman hidup cukup banyak, fashionable (yang tidak akan segan-segan memaksa saya ganti baju kapan pun selera berpakaian saya mencapai penilaian yang diekspresikannya dengan mulut menertawakan) dan saya percaya dia akan jadi dokter yang hebat seperti Cuddy di serial House. Dan hari ini ketika bertemu saya dia mengenakan dress fancy dengan belt apik dan rambut baru yang di-smoothing setengah karena dia ingin ujung-ujung ikalnya tetap ada agar tetap tampak seksi. Dan dia berhasil mencapai image itu, dan ini mungkin terdengar lesbi, saya menyayangi pacar perempuan saya ini seperti saya menyayangi pacar laki-laki saya yang pernah ada, meskipun dia jawa tulen dan saya berasal dari sumatera murni, tapi saya dan dia itu pada dasarnya punya alur yang sama dan mulut sama pedasnya dalam mengomentari orang-orang, sehingga biarpun teman-teman lain berrontokan seperti rambut saya dulu waktu masih panjang dan mengagumkan, dia tetap akan bisa saya temui dan tetap menjadi teman yang sama persis tanpa men-judge atau merasa asing.

Dulu saya pernah berdoa untuk seorang teman yang sudah sama-sama meninggalkan cangkang keemasan usang pertemanan kami agar tidak pergi dan menganggap saya simpanse aneh kalau-kalau saya menemukan cerita hidup lain,  dan tidak terkabul untuk suatu alasan yang saya sudah terima sekarang. Dan sekarang saya berdoa semoga teman saya yang ini akan tetap menjadi pacar perempuan saya sampai kapanpun, meskipun saya nanti bisa saja bertransformasi jadi bentuk yang lebih aneh daripada yang terlihat di mata sebagian orang-orang, tapi semoga dia tetap melihat saya sebagai saya, pacar perempuannya yang akan menangis kalau melihat ayam-ayam digantung di motor dalam keadaan kepala di bawah dan dia akan memanggil saya dengan nada sayangnya “aaah naanaaa jangan nangiiis...”


Glad to share.


 
naa


Ps woff yu luli.


No comments:

Post a Comment