Hello there Folks,
Hari ini bertemu dengan pacar perempuan tersayang, yang
memarahi saya karena selaaaalu menyempatkan diri bertemu dengan orang-orang
lain tapi tidak menyempatkan diri bertemu dengannya. Haduh..... time management
saya memang buruk, bukan dia saja yang marah-marah, mama saya pun sudah naik
pitam rasanya soal itu.
Okay. waktu-waktu yang tidak terlewati bersama itu ternyata
tidak bisa membuat kedekatan saya dan dia mengangkang, artinya, kami hanya
butuh 2 jam untuk menyederhanakan timeline panjang segala permasalahan, ankara
murka, gosip, berita dan klarifikasi. Saya tahu, entah berapa minggu lagi atau
pun entah berapa bulan lagi akan ada waktu seperti ini, tapi pasti kami tidak
akan berubah! Berani jamin!
Pembicaraan mengenai saya dan percintaan dan kehidupan pasca
sumpah dokter sudah selesai dalam rangkaian 300 kata, happy ending. Saya sudah
kelewat banyak brainstorming dengan teman-teman aneka rupa tentang permasalahan
hidup saya jadi saat itu saya lebih tidak sabar mendengar berita kehidupannya.
Topik utama perempuan-perempuan menjelang usia 25
(berdasarkan pengalaman dan survei kecil-kecilan dan kebanyakan baca novel)
percintaan versus kemandirian, to simplify, putus pacar! Ya. Putus pacar. Teman
saya yang tersayang ini sudah mengarungi kehidupan aneh dan segala masalah di
dalamnya dan saya sudah hampir 6 tahun menyaksikannya atau setidaknya menjadi
pendengar epilognya saja, dan bagian putus pacar ini pun adalah pengulangan
episode dari season sebelum-sebelumnya. Dan hari itu dia tidak menangis, saya
percaya dia tidak akan menangis, tapi saya mengagumi kekuatan besar yang
dimiliki dari posturnya yang mini itu.
Mungkin hidup sudah demikian lucu baginya, atau kebebasan
berpikir sudah menuntunnya menghadapi masalah dengan berbagai solusi ajaib yang
meskipun berseberangan dengan norma atau malah garis agama sekali pun. Dia termasuk
jajaran teman yang saya idolakan dan saya tunggu-tunggu hari pernikahannya, dan
saya mengagumi kemandiriannya. Dan saya selalu suka bagian ketika dia
menceritakan bagaimana dia menceritakan masalahnya pada Tuhan dan bagaimana dia
meminta pada Tuhan. She talks to God like she talks to a friend. Lugas, akrab,
tanpa ada rasa malu-malu dan yang paling penting, jujur. Yah kita memang tidak
bisa berbohong pada Tuhan, jujur yang saya maksud di sini adalah bagaimana dia
mengakui bahwa dia masih melakukan hal yang salah dan sadar penuh kalau segala
cobaan yang diberikan itu mungkin adalah penebusan kesalahannya. Saya pikir
saya sudah cukup aneh dalam merangkai kata-kata doa, tapi ternyata teman saya
ini lebih unik lagi berdoanya.
Opini saya adalah, jarang-jarang saya menemukan orang yang
mencintai-Nya tanpa harus mengikuti mainstream bagaimana cara mencintai-Nya. Mengutip
kata-kata teman saya yang lain yang tersayang, mencintai-Nya bukan karena takut
pada-Nya tapi karena percaya pada-Nya. Percaya bahwa tidak ada kekuatan apa pun
yang mampu menolong kita selain kekuatan-Nya. Pacar perempuan saya ini entah
mengapa terasa lebih religius di mata saya, dan bukannya dibuat-buat seolah
ingin sok suci, tapi karena memang dia sesederhana itu mencintai Tuhan. Dengan berlari
pada-Nya kapan pun hidupnya tersandung dan bicara dengan-Nya dalam bahasa yang
akrab!
Saya bangga bisa berteman dengan perempuan-perempuan hebat,
dan teman ini adalah salah satunya. Jadi saya merasa penting untuk membukukan
perasaan ini di blog saya yang hanya dibaca secara reguler oleh segelintir
orang. Dan oh saya lupa, dia belum akan berumur 25 tahun ini karena dia lebih
muda daripada saya 1 tahun (damn!), tapi dia tampak jauh lebih dewasa,
berpengalaman hidup cukup banyak, fashionable (yang tidak akan segan-segan
memaksa saya ganti baju kapan pun selera berpakaian saya mencapai penilaian yang
diekspresikannya dengan mulut menertawakan) dan saya percaya dia akan jadi
dokter yang hebat seperti Cuddy di serial House. Dan hari ini ketika bertemu
saya dia mengenakan dress fancy dengan belt apik dan rambut baru yang
di-smoothing setengah karena dia ingin ujung-ujung ikalnya tetap ada agar tetap
tampak seksi. Dan dia berhasil mencapai image itu, dan ini mungkin terdengar
lesbi, saya menyayangi pacar perempuan saya ini seperti saya menyayangi pacar laki-laki
saya yang pernah ada, meskipun dia jawa tulen dan saya berasal dari sumatera
murni, tapi saya dan dia itu pada dasarnya punya alur yang sama dan mulut sama
pedasnya dalam mengomentari orang-orang, sehingga biarpun teman-teman lain
berrontokan seperti rambut saya dulu waktu masih panjang dan mengagumkan, dia
tetap akan bisa saya temui dan tetap menjadi teman yang sama persis tanpa
men-judge atau merasa asing.
Dulu saya pernah berdoa untuk seorang teman yang sudah
sama-sama meninggalkan cangkang keemasan usang pertemanan kami agar tidak pergi
dan menganggap saya simpanse aneh kalau-kalau saya menemukan cerita hidup
lain, dan tidak terkabul untuk suatu alasan yang saya sudah terima sekarang. Dan sekarang
saya berdoa semoga teman saya yang ini akan tetap menjadi pacar perempuan saya
sampai kapanpun, meskipun saya nanti bisa saja bertransformasi jadi bentuk yang
lebih aneh daripada yang terlihat di mata sebagian orang-orang, tapi semoga dia
tetap melihat saya sebagai saya, pacar perempuannya yang akan menangis kalau
melihat ayam-ayam digantung di motor dalam keadaan kepala di bawah dan dia akan
memanggil saya dengan nada sayangnya “aaah naanaaa jangan nangiiis...”
Glad to share.
naa
Ps woff yu luli.
No comments:
Post a Comment