Friday, September 25, 2009

tertinggal

kita ibarat dua jalur eskalator yang berseberangan arah
berpapasan di satu titik lantas mulai meninggalkan
bukan maumu jadi eskalator yang harus ke arah atas
bukan mauku bergerak berbalik dari arahmu..
setidaknya kita pernah berpapasan dan saling melihat
tau bahwa pernah ada masing2 kita menyempili rentetan memori hidup
dan aku bangga pernah tau
lebih2 pernah bersama
biar tidak selama-lamanya seperti angan-angan semua mereka yg bahagia
karena titik itu momentum untuk melaju
membiarkan saling tertinggal
menatap punggungmu yg kuelus-elus tanda sayang
sedikit tersenyum miris ingat kita pernah nyaris jadi belahan jiwa
dan tersenyum lebih lebar karena ternyata kita tidak pernah searah.
time can speak itself with its own words. bye.




(celebrating the old times being yours)

naa

vulgar-ism

aku ingin dipeluk
bukan ingin diraba dan diremas
aku ingin kamu melihatku dan mengingatku
bukan ingin melayangkan pikiran liarmu karena menontoni tubuhku
aku tidak sedang terlalu ingin ditindih
aku ingin dibebaskan dari rasa terhimpit
aku bukan mau telanjang
aku mau kebebasan kemana hati akan membawa
bukan mauku kamu kuberi hak segala akses bagi tubuhku
bukan perhatian itu yang kucari
bukan perasaan itu yang sedang ingin kuletakkan di kepala hingga menggelinjang
aku mau berteriak
bukan karena keenakan
tapi karena muntahan yang menggumpal di tenggorokan
aku tidak sedang bernafsu
aku sedang tidak ingin berada di bawahmu mendengarmu mengerang
aku malah ingin didengarkan
diperhatikan dengan mata takjub dan berbinar
bukan dengan mata picik bernafsu binatang
bukan karena tubuh dan ukuran dada
bukan karena keliaran pinggul dan lidah
aku mau perasaan dimiliki yang berlangsung selamanya
tidak hanya beberapa detik menjelang kamu bawa aku ke tempat tidur
aku mau dicintai seutuhnya sebagai kesatuan tubuh dan jiwa olehmu
hanya kamu
yang entah kenapa hanya menatapku sebagai kemolekan liar tidak punya hati


naa

in trance visuality

Kamu boleh sebut aku sakit jiwa
Tapi aku membayangkanmu tadi di lantai dansa
Hadir di situ memelukku
Merangkul pinggulku ikut berbagi irama lekukannya
Seiring dentuman memukuli dadaku dan senyum simpul penuh arti

Aku memejamkan mata
Berimajinasi ada kamu mengikuti gerak tanganku
Dalam binar cahaya remang-remang menatapku lekat-lekat
Membisikkan pujian aku cantik malam ini
Menertawakan kaki lelahku yang dibantai sepatu tinggi

Aku menghembuskan asap tinggi-tinggi
Ikut bersublimasi dalam atmosfer kabut dan warna-warna
Memejamkan mata lantas tertawa keras
Tenggelam dalam lautan mereka yang tertawa lebih keras

Lantas aku menertawai diriku
Membunyikan suaramu dalam kepalaku
Membayangkan ciuman termanis tempo itu
Aku menggigit bibirku
Membuka sedikit celah suara menembus pori telingaku

Ada suara kamu, suara musik dan tawaku sendiri
Bercampur jadi paduan tergila yang pernah aku dengar
Bahagianya aku akan kehadiran imajinermu di sisiku
Menemani malam panjang bergerak kian tidak terkendali


Aku menatap ke atas
Menghamburkan pandangan pada serpihan-serpihan hujan kertas
Berjatuhan menimpa mereka yang bergembira
Menyambut senyum lebarku pada ingatan terbaik tentang kamu
Aku cinta padamu malam ini
Cepatlah datang
Atau setidaknya mampirlah segera
Aku tak sabar berdansa denganmu dalam nyata

naa
(X2, just for you!)

akulihatlampupesawatterbangdilangitdan kupikirakusudahgilaolehkamu!

aku memandang langit dan memikirkanmu
teologi pikiran bahwa harapan adalah kepercayaan sakral
untuk tetap menghidupkan matahari yang samar di balik bukit
aku melambungkannya dalam gulungan asap yang memudar ke udara bebas,

aku telah berkata semua selayaknya lafas suci berdesingan
penuh kelap kelip tak terdefinisi
tanpa perlu kamu mendengar sesuatu perkataan yang manis lewat bibirku
tetap tersisalah dalam pikiranmu mengenai aku dan harapanku yang belum lagi kasat bagi retinamu
meskipun begitu,
perasaan itu sekarang telah kubabtis menjadi titk terjauh aku akan berlari dan berhenti untuk selamanya
perasaan pada mu. di ujung sana itu.


naa

i need earplugs, a blunt heart and two blind eyes before being reborn to this world


i really would to kill myself now
karena aku tidak tahan
sungguh orang-orang begitu nyinyir
dan mulutnya berbisa
sungguh orang-orang begitu suka menyakiti perasaan orang lain
mereka mengkastakan manusia atas sejumlah harta yang manipulatif dan bikin onar
dan mereka mengatakannya dengan gembira
seolah itu adalah kabar baik
seolah bisa mulut mereka itu tidak berefek apa-apa pada hati yang dirajam nasib agar menjadi begitu sensitif
aku sungguh mau bunuh diri sekarang
di tempat ini
di depan mereka ini yang sedang mencerca baik sadar maupun tidak
sakit telingaku oleh sayatan kata-kata layaknya muntah proyektil tekanan tinggi
begitu berbau asam dan terasa membakar
tapi mulut itu masih saja menyunggingkan senyum manis
semanis apa yang mereka kira hidup yang bermadu
Tuhan ampuni aku ingin menampar mereka
merobek mulut-mulut sialan pemuntah kekejian
untuk apa bicara semacam itu bila Tuhan menitipkan intelektualitas pada tiap-tiap korteks otak mereka?

naa

backpacking


(location : pantai panjang - Bengkulu, Indonesia)


"Kukemas lagi barangku
Berangkat meninggalkanmu kawan
Kaki ini masih ingin berlari
Melebur dalam panggilanmu untukku si pengecut
Selalu ku ditanya mengapa kubuat semua lebih sulit
aku tidak menemukan jawaban yang pantas kusebut dengan lantang
Yang kutemukan hanyalah kasihku bagimu kawan
Dan hati yang entah dengan maksud apa menggandakan dirinya sebelum lenyap
Menggenapiku sekaligus memaksaku berlari dari entah bagaimana kusebut sebuah kisah bertahun-tahun lalu."


(reminiscing years of broken brain)



naa