Thursday, December 8, 2011

pertanyaannya

siapa pernah bertepuk sebelah tangan? Siapa yang tidak pernah? Duduk meratap menunggu seperti si punguk merindukan bulan. Menangisi apa pun yang pernah lewat dengan manisnya. Saya teringat kamu yang tengah malam menangis dan bercerita, bersakitan menggandeng tangan saya mengenang yang pernah di depan mata.

Saya juga ingin duduk dan menutup mata, ikut terseret dalam perasaan. Logika seharusnya lebih mudah daripada kecewa, bila diminta mengenang yang pernah lewat di depan mata.

Keikhlasan itu khayalan. Pencapaian tertinggi setiap pencitraan. Kita selalu lelah bila berkejaran, lalu kita berbalik dan menyerah pada Tuhan. Saya ingin bicara, dengan setiap bahasa hati terinci yang mampu saya gunakan.

Kehabisan pertanyaan yang minim jawaban, kebingungan dalam ambigu personal. Bagaimana menjelaskan perasaan yang tidak bersambut tangan? Menyertakan kelegaan dalam pandangan pada apa-apa yang pernah dikenang. Saya ingin diberitahu untuk kesekian kalinya, setelah alpa dari duka yang disematkan di depan mata. Mengapa mimpi tidak pernah sejalan dengan kenyataan?

Mengapa kamu, saya, kita, bertanya?

Saya ingin, dalam cameo bagi pentas kehidupan saya, menjadi satu kali saja sempurna. Baginya, bagi perasaan yang dulu saya tinggalkan. Bagi setiap air mata yang ingin saya ulang turunnya.

Di dalam sana di kepala saya, berkali-kali saya menulis ‘ini untuk terakhir kalinya’, namun saya masih jauh dari garis akhir khayal. Saya masih menutup mata, bicara dan bertanya. Mengenangnya dalam sesal yang terang-terangan.

Sesekali saya pikir saya punya jawaban.

Saya mengenangnya.

Saya merindukannya sepenuhnya.

naa

untuk teman, yang kerap menangis di tengah malam karena terkenang yang sudah lewat

ilalang

I

Hari ini langkah mengecil, radius menyempit dan subjek terhitung jari

Hidup dalam kubus kecil dan berbaikan dengan keasingan

Hari ini saya melihat kamu

Terbiasa melihat yang terlempar jauh dari yang tidak terlihat

Senyum garis manis yang dia bilang biasa

Hiburan di tengah sahara

Betul mereka bilang, tidak kenal maka tidak sayang

Senang sudah tahu kamu

naa


II

saya ingin beristirahat di bahu kecilmu

seraya memangku waktu yang berhasil saya sembunyikan dari laju

sekali ini tahu bahwa kita ini sedang berdua

menulis ulang rasanya pipi merah yang panas

biarpun saya terlalu hebat dan kamu terlalu benar

yuk, kita pura-pura cinta monyet

naa

Thursday, November 24, 2011

rayuan-rayuan lampau

Dalam seribu cahaya
Aku mengenalimu
Di sanalah titik aku gembira
Ketika hanya dengan menatapmu
-naa


Karena kamu adalah matahari
Aku mau jadi tumbuhan
Melumat sinarmu sesukaku
Terutama pagi hari
Tampilan terbaikmu
-naa



Dan karena kamu adalah pelangi
Aku mau jadi kamera
Dimanja-manja mataku
Mengagumi warnamu
-naa



Aku ingin bertemu
Meski singkat saja tak mengapa
Akan kuterjemahkan rindu
Menjadi bahasan panjang semalam suntuk
-naa



Kapan kamu ke sini?
Mengurai tipis-tipis lembaran sepi
Berjuta detik rahasiaku belum kubagi
Lebih lagi aku ingin diciumi
Merapat dalam teori sederhana berjudul kasih
-naa



kalau kamu kesal
pikirkan aku
aku ingin kamu tertawa
seperti aku ini ludruk
kalau perlu aku akan jadi badut
supaya kamu lebih gembira lagi
-naa



Aku senang diperhatikan
Dengan mata berbinar
Karena alasan bunyi tawaku
Sesederhana alasanku tidak berkedip
Karena mengagumi bulu matamu
-naa

Aku berhenti berputar, aku bergerak

Aku tidak pernah bergerak, aku hanya berputar. Selama menahun seperempat tempat di otak ini isinya kamu. Seperti makna sabut kelapa pada lambang pramuka, kamu bisa bermanfaat apa saja. Menjadi sumber kebanyakan inspirasi tulisanku, menjadi biang keributan, menjadi pemacu adrenalin atau sebaliknya pemerah kelenjar air mata.

Aku tidak pernah bergerak, aku hanya berputar. Menjelma menjadi berbagai wujud yang melelehi keberadaanmu. Menjadi musuh berbuyutan mau pun teman bertopeng atau teman sejati, lebih sedikit kalau sedang melankolis ku pikir kamu soulmate.

Aku tidak pernah bergerak, kamu tidak pernah berputar. Bagiku kamu adalah bentuk abstrak personal dengan pikiran yang mengundang keruwetan interpretasi. Semua pikir aku selalu cinta, sampai aku pun tertipu stigma itu. Aku pikir aku terobsesi dan ternyata aku juga tertipu. Aku tidak pernah bergerak menjauh dan hanya memutari kamu dari tiga ratus enam puluh sumbu.

Aku tidak pernah bergerak, kamu tidak pernah berputar. Yang menciptakan semua khayalan dan menyutradarai langkah-langkah di percaturan konyol kita ini ya aku. Lebih-lebih, yang bermain catur itu ya aku, melawan diri sendiri, atau melawan komputer yang berganti-ganti menemani jari-jariku mengetik tulisan ke-entah berapa yang ada sangkutannya denganmu.

Aku tidak ingin lagi berputar, aku mau bergerak. Alasan bosan? Alasan benci? Alasan dangkal? You name it. Aku tidak menebak isi kepalamu. Hidup kita, atau, mungkin (dengan garis bawah dan cetak tebal) hidupmu sudah bebas dari ampas-ampas apa pun tentang aku, hanya formalitas pertalian teman yang membuat kita bergandengan. Kali ini, bola masalah ada di kotak penalti pribadiku.


Aku berhenti berputar, aku bergerak. Aku selalu mengusung tema my life is about me dan berhasil membengkokkan perasaan menjadi ilusi pribadi yang bisa dinikmati sama persis saat membuka dan menutup mata. Tampaknya, selama dalam lakon menahun ini, semua ini bukan tentang aku-kamu atau singkatnya, kita. Semua ini tentang aku. Tentang bagaimana suatu ide tentang kecintaan bermetamorfosa jadi waham-waham dan halusinasi-halusinasi dan perang mulut-perang mulut dan drama-drama yang menciprati hidupmu juga.


Jadi. Aku bergerak dari apa-apa yang secara kronis kukira kamu-ku.


naa

Friday, October 21, 2011

just read don't turn away

Ada lampu malam itu
Ada kabel yang terhubung ke handphone mu untuk memutar lagu
Dan kita berpegangan tangan, berencana melihat dalam visi yang sama
Waktu itu sejajar betul mata menilai gelapnya bumi
Dan ada asap malam-malam dalam kecepatan kesukaanku

Hari ini
Ada huruf-huruf kecil dari panel tulisan-tulisanmu
Mungkin aku salah sangka besar kepala kalau-kalau aku adalah sepilin aspirasi tulisan itu
Sudah kebiasaan lama untuk selalu menghibur diri sendiri, endorphin, katamu

Jadi
Ada tulisan ini malam ini
Kapan kita bisa bertemu lagi?


naa

angry me

Hal yang tolol itu kalau kamu bilang selamat pagi apa kabar, lalu kamu tarik kembali dengan bilang aku benci kamu. Lalu yang paling sedih adalah menghitung-hitung setiap keputusan untuk bermulut manis dan mengkalibrasinya menjadi janji untuk menyakiti.
Hal yang tolol itu, kalau kamu datang dengan puji-puji dan membuat aku berpikir ini adalah baik dan menunggu akhirnya akan ada leburan kata aku-kamu menjadi ‘kita’ lagi, dan tiba-tiba ada backsound keras TET TOT seperti di kuis televisi kalau aku menjawab salah.
Dan yang paling tolol dari semua itu adalah, berpikir dan berpikir dan terus berpikir untuk membunuhmu dan pada waktu yang sama menjawab pertanyaan “how’s your day?” mu dengan baik.

Someone call the doctor, my psychotic feature has back

naa

Thursday, October 13, 2011

question mark

i was, indeed, so ready to fulfil my last calling
and again i surrendered to run then vanished
an easy disappointment, giving my back for your last scenery
you might be questioning until almost everything
i have myself built a big question mark
and it was seriously funny
and until my day's done
somebody will answer my big question
ours.

never mind the ending, live the journey itself

naa

Sunday, September 25, 2011

rahasia

Morning Folks,

Bagaimana malam minggunya? Akhir-akhir ini malam minggu jadi icon penting dalam hidup saya yg mulai terasa monoton. Bukan hanya malam mingguan dengan pacar, mostly malam minggu saya dilalui bersama genk gong abadi saya, either menggila di karaoke room atau sekedar ngumpul di rumah saya. Sejujurnya pilihan spending Saturday nite with whom saya sih cuma sedikit ; genk gong; pacar; atau cable tv.

Tadi malam acara malam minggu saya berakhir kurang menyenangkan karena penyakit kronis saya kambuh, beradu keras dengan gaster si lambung lucu dan saya muntah-muntah. Bukan karena habis mabok, tapi karena minum kopi. Muntah itu nggak enak lho, ketika makanan lewat di saluran makan dengan arah sebaliknya itu enggak ada nikmatnya sama sekali. Anyway, tim saya juga enggak lengkap malam itu, rencananya mau menggila di karaoke, tapi kemampuan menunggu saya dan teman-teman saya sedikit di bawah standar, dan itu adalah malam minggu dimana hampir semua umat ingin olah vokal, maka jadinya batal.

Malam saya diawali dari berkumpul di kamar saya, girls talk dengan dua pacar perempuan saya sementara menunggu yang laki-laki menyusul. Saya kangen sekali sama mereka, setelah seminggu menghabiskan waktu di kaamar bersalin dan hidup saya hanya ibu2 ngangkang, laptop dan tidur. Waktu tidak pernah berhasil memudarkan kegilaan kami yang usianya tetap belasan tahun. Maksudnya adalah, cara kami bicara satu sama lain, berteriak, dan topik-topik yang dibahas.

Saya selalu suka rahasia dan dibuat penasaran! Tadi malam itu, saya diberitahu rahasia super besar dan saya ternganga super lebar. Saya nggak mungkin menulis rahasia itu di blog saya, tapi saya merasa penting mencatat perasaan saya malam itu. Super salut! Itu kata kuncinya! Rahasianya adalah sedikit tentang keberanian. Keberanian untuk mengakui diri dan bersikap jujur. Sesuatu yang jaraaaaang sekali saya bisa pegang kuat.. mostly kita ini lebih senang untuk “lebih baik tidak dibicarakan daripada jadi ribut”, kita senang menyimpan kejujuran ketika kejujuran itu menyakitkan. Saya termasuk orang yg kalau memang saya tidak perlu diberitau fakta menyakitkan, sekalian saja enggak usah. Ekstremnya, saya akan fine saja kalau pacar saya mau flirting di belakang saya, tapi jangan sampai saya tau atau jangan sampai saya mencium jejak itu, well, mengintip sedikit itu jauh lebih membuat mati penasaran lho.

Jadi saya sangat salut sama teman saya dan ingin menciumnya seperti saya mencium adik perempuan imajiiner saya. Biarpun kejujuran yang diakuinya agak mengejutkan untuk orang seperti saya ini yang sedikit konvensional, tapi saya angkat topi untuk pilihannya. Hem, kita patut belajar dari hal ini, berani berdiri jujur di atas segala tumpukan sampah konsekuensinya.

Tapi sampai batas mana ya kita harus selalu jujur? Ahaha. Sepertinya saya akan tetap memakai prinsip saya yang menghalalkan white lies dan saya tetap menghormat bungkuk pada sesiapa pun yang mencintai kejujuran telanjang.

Sekian

naa

Wednesday, September 14, 2011

kirimi aku kartu pos, kawan!

mengapa bilang ingin mati?
mengapa mereka harus mematikan diri?
seolah baka akan diperoleh dengan mudah sesudah itu
setelah meregang nyawa begitu berat
memangnya kemana mereka sesudah itu?
tidak ada yang menjanjikan akan bahagia sesudahnya
mengapa merelakan nyawa yang tidak bergaransi
bila tiada jaminan akan kebaikan di atas kematian yang tidak dapat ditukar lagi

mengapa rela menggantung diri dan terhina?
mengapa kejam mengiris pergelangan tangan dan memanen berjuta perih?
mengapa mudah berkawan maut padahal di buku bilang ia tak kenal ampun
seolah tak ada jalan lagi di dunia ini sepicing mata pun
seolah mati adalah kepastian penghabisan kesengsaraan
taukah mereka bahwa ratusan jiwa memohon hidup selamanya?
sebagian lagi meminta Tuhan sekedar menunda penjemputnya dan teronggok vegetatif seolah segan hidup.

mengapa, kawan, kamu putuskan hengkang dari hidupmu?
adakah kamu akan bertemu Tuhan dengan bangga di sana?
ah, kudoakan semoga kamu berdamai denganNya di sana
sampaikan salamku pada Tuhan yang Maha baik
dan jangan lupa kirimi aku kartu pos, kawan,
aku ingin sekali tau kabarmu..

naa

dedicated to people who had commited suicide, and everyone who
is planning to..

Saturday, August 13, 2011

bersakit-sakit dahulu bersenang-senang entah kapan

saya akan mengingat hari-hari konyol
malam-malam tanpa tidur
manipulasi demi manipulasi
kebodohan maha tolol
maupun saat-saat tertidur sambil berdiri

saya akan merindukan terjaga sampai pagi di depan laptop
atau di depan genangan darah atau di depan bayi mungil,
saya akan tersenyum geli suatu hari nanti mengingat perintah-perintah sialan
dan sebutan "sus" yang membuat naik pitam
maupun senyum terima kasih dari sesiapa pun yang merelakan badannya
menjadi guru saya

saya sering berada di titik ingin cepat pergi dan tidak mau mengingat semua ini
sering ingin menyerah dan berbalik ke rumput lain yang bagi saya lebih indah
tapi malam ini
di depan ibu-ibu yang mengangkang pada dini hari
saya semakin jatuh cinta pada semua ini
dan tidak pernah bisa memikirkan diri saya sebagai penyandang gelar lain
selain gelar inisial dr.

semoga ini menjadi doa. dan diamini sejagat raya.

amin.


naa

Tuesday, July 12, 2011

sweet vermouth

tonight is sweet
taste like one sip of sweet wine in my imagination
barely closing my eyes and talk in my head
to you
zillion words coming to define you
tonight is sweet
one of my best nights
i am no drunk but feels like i am drunk
i still can read the label of your liquor
sweet vermouth, it says
your mouth

naa

(imaginary 'in the bar' scene, me holding a glass of, not so sweet, orange juice)

Thursday, July 7, 2011

perawatan wajah dan jakarta setan alas

hey there Folks!

dua minggu ini saya sedang bertugas, oh, bersekolah di bagian kesehatan kulit dan kelamin. Tapi so far lebih tepat disebut bagian kulit dan kecantikan, karena dua minggu berada di situ saya sudah fasih nyanyian peeling lah, krim malam lah, krim subuh pagi siang sore menjelang fajar... sebelum saya terjun mengenakan jas putih tangan pendek dan mengemban panggilan mbak koass, saya memang berminat betul jadi dokter di bidang ini, looks so fancy! tapi lama-lama bosan juga ya kalau mendengarkan keluhan "ini lho flek..", "dok, ini kok kurang kinclong.." yah some kind of like that.
Seperti di posting saya sebelum-sebelumnya, saya memang bilang saya sedang berobat untuk mengobati jerawat, tapi, kalau suatu hari nanti kulit saya sudah sekinclong satu set piring putih, saya rasanya malas berlama-lama di dokter mengoceh ini dan itu untuk mengeluhkan flek hitam.
saya nyaris seumur hidup mengemban predikat si kulit jelek, karena sejak lama nyamuk jatuh cinta sama darah saya, dan saya hobi menggaruk dan jadi banyak bekas luka. bagi mama saya itu kadang-kadang aib, bagi saya, ah sudah biasa, toh saya nyaris tidak pernah pakai bikini mini yang memamerkan seluruh permukaan kulit saya, hahaha.
Nah maka dari itu lah... saya merasa ah, jadi dokter kulit nanti mungkin saya akan malas bikin krim racikan dengan resep jenius... atau peeling, atau yang lainnya.
tapi saya tidak men-judge orang yang pergi ke dokter kulit untuk keluhan kosmetik, saya juga melakukannya loh, tapi ada sekian persen keluhannya non-kosmetik, yakni, saya takut mencatatkan nama saya di MURI dengan rekor penjawab terbanyak pertanyaan "kok jerawatan sih?", rasanya tidak keren rekor semacam itu.
saya selalu membayangkan diri saya menjadi dokter dengan hari kerja 4 hari. dokter dengan sedikit melepas kebesaran nama mulia profesi ini yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk nyawa orang. saya ingin menjadi seperti customer service di bank, bukan seperti operator telkom 108 atau seperti mbah google yang sedia ditanyai 24 jam, atau seperti pak satpam, masih jaga malam. dalam 3 tahun + beberapa tahun entah berapa lagi nanti rasanya saya pasti kenyang jaga malam.
dan, yah, kalau cita-cita dan rejekinya cocok, mudah-mudahan bisa jadi dokter kulit. dan menemukan bagaimana caranya supaya tidak bosan dengan keluhan kosmetik dan jauh-jauh dari ibu-ibu super bawel tapi kulit wajahnya begitu cantik yang mengoceh tentang bagaimana kegiatan hariannya; anak-anaknya sekolah dimana; tetangga-tetangganya, yang rasanya lebih cocok pergi ke psikiater. secara pribadi, yang salah bagi saya bukan penyakit jerawat atau flek hitam, tapi cara kita menyampaikan keluhan tentang penyakit itu, akibat dari pencitraan mengenaskan yang diternak di masyarakat.

dan oh ya, keluhan utama saya waktu pertama kali berobat jerawat adalah : "Dok, sebagai anak yang berbakti saya mengikuti kemauan mama saya untuk menambal sulam kulit saya dari muka sampai telapak kaki"

dan oh satu lagi, kenapa saya sebut di judul post ini "jakarta setan alas" karena beberapa hari ini mobil tunggangan harta berharga saya juga sedang ditambal sulam, jadi saya terpaksa ngangkot dan bagi saya jakarta seperti setan alas nggak punya perasaan, ancur* deh kulit muka saya! hahahaha.

*mengikuti lirik lagu om Iwan Fals "kau memang setan alas nggak punya perasaan, ancuuuur"



naa

Sunday, June 26, 2011

Keledaimu lagi

Keledai saya hampir pulang
hampir
saya sudah lihat dia tadi
sedang terbang mengitari bulan
saya memang dungu,
sayalah keledai dungu
dan dia keledai favorit saya
kami sedang terbang
dan
kami saling tersenyum
kami masih teman

selamat berputar, Donkey


naa

Saturday, June 18, 2011

semoga masih hidup besok

Selamat malam, folks...

Hari ini saya akhirnya, bertemu dengan hari Sabtu yang tidak memaksa saya pergi sekolah. ya, saya libur. Tadi saya pergi nonton film thriller-horror (let's call it like that) dan saya senang, akhirnya bertambah lagi daftar mini film hollywood yang mengaku horor dan bisa menakuti saya. Lalu saya pergi, seperti orang-orang lain, makan hot dog di swalayan yang sedang booming.
di tengah-tengah obrolan saya mendengar salah seorang pengunjung berteriak ".... ya udah sih repot banget, besok masih idup kan lo?" dengan gayanya yang..... ah sudahlah, saya habis berjanji sama Tuhan untuk tidak mencela orang selama seminggu, mari jangan bahas yang itu...

Lalu saya merinding mendengar hal itu. kata-kata itu pasti keluar dari mulut bocah yang baru keluar rumah jam 3 sore tadi, yang masih percaya diri menyambut hidup. Memangnya punya perjanjian apa dia sama Tuhan bisa sampai yakin betul dia masih hidup besok? bagaimana kalau tiba-tiba ada meteor seukuran biji dondong dengan kecepatan 650km/jam datang menyambar jantungnya setelah dia bilang begitu? (ini nyata, pernah ada kejadian seperti itu, saya lihat di acara tv fox crime, tentang 1000 cara kematian yang aneh dan lucu)
Saya jadi merinding, dan teringat kata-kata mama saya yang selalu berhasil memaksa saya bangun melek untuk solat subuh, "kematian itu mengerikan dan tiba-tiba". oke, saya memang takut mati dan lebih takut lagi setelah mati saya ditanyai "kenapa enggak solat subuh tadi?" bisa repot kalau saya jawab "saya ngantuk, saya mau tidur". Tuhan tidak seperti mama saya yang kadang-kadang mengalah dan membiarkan saya tidur sampai jam 9 pagi, Tuhan pasti lebih tegas.
Saya tidak suka bicara kematian, sungguh. biarpun seorang yang beragama tidak semestinya takut dengan kematian, karena itu adalah kepastian. Tapi begitu banyaknya cara orang mendeskripsikan kematian dengan absurdnya, membuat saya selalu bertanya-tanya seberapa dekat saya? bagaimana caranya? sakitkah? lamakah? bagaimana rasanya? ugh...
saya tidak ma bicara kematian, karena membicarakan kematian seringkali harus dikaitkan dengan dimensi agama yang saya akui saya sungguh tipis pengetahuannya mengenai hal itu. Kata-kata bocah penuh percaya diri itu membuat saya tersenyum hari ini, tidak pernah ada yang berani menjamin nyawanya sekali pun dia tajir melintir.
Mari kita hidup di antara ya dan tidak... mengambil keputusan demi keputusan tanpa menggantungkan jawaban karena ragu. kenapa musti ragu? apa yang musti ditakutkan? saya rasa hidup terlalu singkat untuk banyak mengkuatirkan hari esok. Hari ini belum tentu dapat kita habiskan dalam keadaan bernyawa, nafasilah hari ini, nafasilah menit ini, nikmatilah saat kita masih bernyawa ini dan buatlah sesuatu yang bermakna.
Saya mulai dari hal kecil, saya tidak ingin menunda-nunda pekerjaan saya, karena mungkin besok bisa saja saya kehabisan hari. Jadi saya akan segera menuntaskan prokrestinasi saya yaitu membersihkan telinga kucing saya tanpa menunggu-nunggu lagi!
Saya tidak ingin menggurui karena saya benci digurui karena saya ini tidak suka dikalahi, dan dalam tulisan ini saya pun tidak berniat menggurui. Saya senang mengutip kata-kata bocah percaya diri itu, sesenang saat saya meneriaki bocah lain yang menyalip mobil saya sembarangan "woy! udah mau mati lo?!"
Kita sering menggunakan anekdot yang berkaitan dengan kematian, dan itu adalah ironi, karena kita tidak akan terlampau sering mengalami kematian. karena kita mati satu kali. dan yang mati tidak pernah berhasil menceritakan bagaimana rasanya, maka lahirlah tulisan-tulisan seperti ini yang mencoba memerah tetesan intisari tentang kematian. Sekali lagi, saya tidak ingin menggurui, apalagi kalau bahasan macam ini.
tapi setidaknya, bagi saya, memikirkan kematian membuat saya menghargai banyak hal dan berharap besok pagi masih bangun untuk melihat matahari.
Semoga kita masih hidup besok, memaknai semua-semua-semua-semua ini. masih banyak yang dapat dikerjakan, masih banyak yang bisa ditunggu, selama kita belum mati, selama waktu belum benar-benar habis.

selamat tidur. jangan lupa bangun besok pagi!

naa

Monday, June 13, 2011

malam jari-jari

Malam, bisakah kita memaafkan diri sendiri, yang diputar seperti kaset rusak
ingin, melupakan imajinasi dan kembali berpijak keluar nelangsa, melampaui apa yang diputar diacak dan ditapis menjadi gulungan digit
ekstensi menahun
mengikiri permukaan terkecil
menjadi malam lagi
yang serupa
berbuat salah yang sama bersama
Malam, katakan selamat tinggal pada diri sendiri,
biar kita beradu dalam mimpi, tanpa bekas, tanpa luka,
tanpa pahatan cacat.

naa

Sunday, June 5, 2011

bau hujan

hari ini dan kemarin dan belasan tahun lalu saya semakin jatuh cinta pada bau hujan. bau yang semburat menantang tiap kali hujan mampir, dan selalu berhasil mendamaikan hati dari apa pun segala bentuk pertanyaan.
kemarin saya mempertanyakan pertemanan, ketuhanan dan kemaknaan hidup saya hingga hari ini. lalu hari ini saya berdamai dengan hati dan memilih jalan pintas dengan hati-hati. Eksistensi diri ini harus mulai diukir lebih dalam agar tidak memutuskan lagi berhenti untuk maju.
Saya ingin hari baru, setelah malam ini tidur lelap dikeloni suara hujan, selingkuhan saya yang lain. Hari baru selalu akan datang, silih berganti dengan depresi sesekali yang akan menendang perut saya.
Tahun terbaik sudah berlalu. tapi saya ingin mencetak lebih banyak kalender keemasan dalam hidup saya berikutnya.
Lagi, bau hujan menjadi saksi bungkam janji saya pada diri saya, saya akan memaafkan diri saya dan siapa pun yang pernah menjadi tertuduh atas pertanyaan-pertanyaan saya tentang kehidupan yang memang tidak akan pernah adil.
Rahasia kelam biar terbuang dihapus hujan. Saya hanya tidak dapat mengeluarkan kamu dari kepala saya* , saya hanya bisa menciutkan porsi neurotransmitter ke area cetakanmu di otak saya.


*terjemahan dari : "I just can't get you out of my head..." dari lagu Kylie Minogue yang dinyanyikan ulang dengan aransemen akustik oleh Marian Dacal.
*bukan, saya bukan sedang memikirkan cinta mati saya. maaf.


naa

Friday, June 3, 2011

anak senja

aku ingin mengandung anak senja
karena engkau selalu cinta senja
yang dulu kita warnai sewaktu gemuruh pasang
dalam bualan-bualan buaian yang mencengangkan
berpegangan tangan di atas matahari yang turun
aku ingin mengandung anak senja yang engkau benihi di pinggir magrib
karena engkau adalah hari panjang
yang selalu setia tunduk pada senja tercintamu

naa

(terinspirasi dari ingatan bacaan "Sepotong Senja untuk Pacarku" karya Seno Gumira Ajidarma)

Sunday, May 29, 2011

keledaimu

saya pikir saya akan selalu jadi teman terbaik bagi teman-teman saya, tapi ada juga yang akan selalu harus saya lepaskan. Pernah ada teman yang saya buang atau saya khianati, tapi belum ada teman yang berkatnya saya tumbuh dewasa, namun setelah saya dewasa saya (entah dalam wujud apa) mungkin tidak lagi cukup kompleks untuk ditemani.

saya memahami, atau, berusaha keras memahami putaran kedekatan ini, dan mengakui bahwa ada saat-saat terbaik dalam hidup saya yang tidak dapat dipaksakan selalu berimbang. Mengesampingkan fakta bahwa pertemanan menempati bagian cukup besar di rongga tengkorak ini, saya berusaha untuk bersyukur untuk momen-momen kelam dan tolol dan penuh komplikasi yang pernah dipinjamkan-Nya lewat teman-teman malam saya.

Imajinasi adalah kemampuan yang paling dapat diaplikasikan saat ini, waktu boleh merampas hari-hari yang seakan tidak pernah redup di masa lampau, waktu boleh menuakan usia dan mengkelukan lidah saya saat bertemu teman saya yang dulu pernah berpegangan tangan dengan saya saat kami menangis dalam kecepatan 140 km per jam di tengah malam, menangisi dorongan-dorongan nasib yang akan melontarkan kami masing-masing ke pilihan-pilihan yang membuat jarak yang akan mengangkangi, saya tetap akan berimajinasi bahwa teman-teman terbaik tidak pernah pergi, mungkin mereka akan berhibernasi berpuluh-puluh bulan, dan mungkin mereka juga menyimpan saya dalam bentuk percikan impuls yang terbenam di lobus temporalis tempat ingatan tersimpan.

Saya benci belajar ikhlas, dan nyaris selalu diiris-iris karena saya harus terus mengulang kelas belajar ikhlas setiap kali saya dihampiri perubahan, namun saya berjanji pada diri saya untuk menyeret badan saya dan menunggu hari berikutnya, dalam bentuk pertemanan berikutnya, atau pun pertemanan lama yang bertransformasi. Saya hanya membagi apa-apa yang saya pikir pantas saya tulis di sini, karena sejak dimulainya periode damprat-mendamprat tanpa ampun melawan putaran kehidupan saya, saya mulai sulit menangis, padahal menangis adalah terapi terbaik saya, maka saya berbagi di sini dan berharap seorang teman membaca dan mengerti, dan kalau tidak mengerti dan menjadi berang, saya tetap akan bangga padanya dalam bentuk apa pun penampakan saya kini di kepalanya.


naa

(dibuang tanpa sebab atau mungkin untuk alasan yang terlalu susah saya cerna)

Friday, May 20, 2011

kamu kok jerawatan sih?

Suatu pagi saya sedang bertugas di lapangan badminton, main dokter-dokteraan mengenakan jas putih rapi terbaru. Lalu datang seorang ibu dengan tahi lalat besar di jidad, mengenakan baju coklat pegawai negeri.

Ibu itu entah siaapa, karena saya cuma tau nama, tidak pernah tau tentang riwayat hidupnya dan bagaimana bisa tahi lalat besar itu tumbuh di situ.

Tidak mengejutkan kalau saya menyadari kehadiran ibu itu dalam hidup saya selama bertugas beberapa minggu ini di puskesmas yang konon sudah terkenal teladan seantero DKI jakarta, karena ibu itu nyentrik, sepatu merah-kalung merah-gincu merah mencolok-celak versus eyeliner tebal. Seperti saya ingat menggarisi kata demi kata di textbook saya jaman kuliah dulu. Harus 3 kali, baru puas.

Saya ini juga perempuan dengan mulut pedas seperti kodrat saya sebagai perempuan, jadi penampakan semacam ini, tentu menggelitik bibir, atau, minimal batin, untuk menertawakan.

Anyway,

Kembali ke lapangan badminton, ibu ini pun tiba-tiba duduk di samping saya. Dalam catatan sejarah hidup saya, itu lah kali pertama dia bicara pada saya,

“Kok jerawatan sih? Berobat dong..”

Bukan “nama kamu siapa”

Atau “dari universitas ini ya?”

Atau “sudah berak belum pagi ini?” (pertanyaan ini tentu akan aneh, tapi percayalah, ini lebih sopan ditanyakan)

Mari tidak usah membahas apa jawaban saya, karena dengan penampilan muka saya yang memang jerawatan (terpaksa mengikuti anekdot umum) saya sih sudah biasa mendengar hal itu. Kadang-kadang masih suka sebal, dan sekali ini malah merasa ajaib.

Ini adalah paradigma klasik kronik di Indonesia. Jerawatan adalah penyakit, saya yang sudah mau masuk tahun keenam di sekolah dokter-dokteran tidak membantah hal ini, tapi pandangan orang mengenai penyakit ini tidak seperti kita memandang penyakit lain, seperti kaki gajah misalnya (saya rasa tidak akan ada oknum yang datang ke pasien penderita kaki gajah dan berkata “kok bengkak sih kakinya, berobat dong!”) padahal penampakan kaki gajah lebih jelek dari penampakan jerawat. Tapi itu cuma kaki, bukan wajah.

Mungkin karena wajah adalah bagian yang paling mudah terlihat, dan dalam paradigma ini, wajah dianggap sebagai gambaran strata. Yang jerawatan, dan yang tidak jerawatan. Strata ini pun berlaku di salon, karena yang jerawatan akan dapat tambahan kata-kata dari si tukang make up “mbak nya foundation nya musti lebih tebal nih, nutupin bopeng-bopengnyaah”. Dan ini bagi saya menyedihkan, bukan karena untuk sebagian orang kata-kata ini menyakitkan, tapi karena kedangkalan dari anggapan bahwa jerawatan itu salah sampai harus diprotes demikian, bukan jerawatan itu sebagai penyakit.

Seperti, saya tidak akan mengatakan pada ibu dengan tai lalat besar di jidad itu : “bu, coba ibu ngaca 3 kali seperti lagi ambil wudhu, sebelum berangkat kantor, apakah asesoris-asesoris itu matching dengan tahi lalat ibu”, tentu tidak kan? Betapa pun janggalnya penampakan ibu itu di mata saya, karena, di samping saya yakin dia akan meludahi pipi saya yang ada jerawat batu kalau saya berkata begitu :p

itu adalah seleranya dalam berpakaian, karena tahi lalat besar dan salah posisi itu pun adalah penyakitnya. Saya tidak berhak memprotes penyakitnya. Karena saya berani taruhan, hem apa lagi ya, ah, seporsi somay ikan sapu-sapu asongan, ibu itu tentu tidak pernah menginginkan tahi lalat besar itu diletakkan di situ.

Proteslah pada sesuatu yang memang dikerjakan orang itu, jangan pada apa-apa yang sedang dicobakan Tuhan pada Nya (dengan asumsi, jerawatan = penyakit = cobaan Tuhan)

selamat merenung!

naa

aku lewat jalan rumahmu magrib tadi

"Aku lewat jalan rumahmu magrib tadi

Masih dengan keramaian jalanan kampung yang biasa

Mataku masih jatuh pada ban mobil tetanggamu yang sama

Yang sudah kulakukan sejak 3 tahun yang lalu


Aku ingat melewati jalan ini dengan berganti-ganti perasaan

Saat-saat aku marah atau lega

Saat-saat mengumpat dan bermulut binatang

Ada waktu aku berdebar-debar akan bertemu keluargamu

Ada waktu kita pernah saling berteriak selama melintas jalan itu

Lebih banyak lagi waktu perasaanku kacau balau


Aku lewat jalan rumahmu magrib tadi

Sudah banyak perubahan di sana-sini

mataku sudah menatap rumah-rumah yang mulai pudar catnya

yang dulu sering kuperhatikan sejak 3 tahun yang lalu

aku masih ingat rasanya lewat jalan itu lagi tadi

saat-saat aku tidak lagi berbelok ke arah rumahmu

saat-saat aku hanya melihatnya sekilas lewat spion tengahku

ada waktu aku menangis teringatmu saat melintas di sana

ada waktu aku lebih banyak menghindar dan memilih memutar

tapi tadi aku tidak melakukan itu

waktu-waktu yang berat sudah berlalu

dan aku cukup lega kita pura-pura saling tidak tau

setiap kali kita berpapasan di jalan itu"


Selamat tengah malam, folks,

ini adalah puisi yang saya tulis (kalau tidak salah) tiga tahun yang lalu. Beberapa bulan setelah melewati periode hidup yang saya sebut "The Broken Brain". Ada saat-saat logika runtuh dan otak sepertinya sedang rusak, dan ada yang bilang itu namanya sedang cinta karena cinta tidak bisa pakai otak (mengutip anekdot umum). Saya berani traktir baso moncrot di dekat rumah saya kalau ada orang yang tidak pernah melewati fase ini. karena kita semua rasanya pernah tergila-gila, dalam level dari 1 sampai 1000.

1000 artinya tidak waras, 1 sampai 10 bagi saya masih wajar. saya pernah di 900, yang saya maknai : tidak ada orang lain yang saya sayangi dalam hidup saya saat itu yang mampu membuat saya menangis hampir setiap hari.

Kalau kamu?


naa

Thursday, April 28, 2011

prodromal

ada hantu seram di sudut kamarku
berwujud kamu
dia berdiri diam menatapku lamat-lamat
mengulang-ulang adegan yang sama setiap hari
menggelayutkan lengan-lengannya di kakiku

aku pikir kamu sudah mati sampai jadi hantu
ternyata kamu cuma pergi menjauh
aku merinding setiap melihat hantu berwujud kamu
karena dia halusinasi
tapi selalu mengganggu
membuatmu (yang bukan hantu) berpikir bahwa aku mulai psikotik

naa

Monday, April 18, 2011

Matahari! kapan jumpa?

Setiap sore kita pamit perpisahan
begitu lagi dan lagi setiap hari

aku ingin jadi matahari yang ditunggu fajar
punggungnya tidak pernah kekal yang beri janji untuk berbalik
atau sebaliknya, aku juga ingin jadi senja yang duduk manis kala menunggu matahari merayapi fajar
jauh dari ujung baka menyangkal pertinggal selamanya

janjikan aku sayupan azan subuh
yang membangunkan telinga menandai ketibaanmu
bukannya aku tidak cinta pada malam yang mengajarkan maha karya kelam dan menyembunyikan matahari agar mengerti rindu,
bukannya aku takut gelap bila ditinggalkan terang,
aku selalu tidak sabar dibanjiri terik sinar matahari meskipun masih harus melahap 12 jam sebelum berjumpa lagi

kalau dapat jumpa pisah ini kita ringkas menjadi gerhana panjang
aku akan menancapkan kaki di bukit tertinggi agar dapat ditunggu mata telanjang

datang, atau pergi, atau ditinggal layaknya matahari berrotasi
mari kita mainkan dalam episode demi episode yang berinterval lusid ini
sampai bosan
sampai matahari kehabisan energi
berratus tahun nanti
siapa yang tahu?

matahari! kapan kita jumpa?


naa

Thursday, March 24, 2011

nine eleven pm

i once had a kitten named Miaw
i was so in love with him
he was my idol cat, that stupid furry ball
i had no idea how to raise a persian cat
then came the others
the more beautiful, funnier and, even more expensive cats
Miaw became number two, then three, then four...
then i decided to give him to a friend, "i got too many cats," i said, "please love him,"
then i said goodbye to my Miaw..

have we ever thought that it's so easy for us to change direction? to replace something we thought would be the one we love the most? everything is immortal, screw "friends forever", forget "i love you forever", in the end, all we got is just : my own self. This life, is about me, every step i take, every move, every second chance, is always about me.
We might be in love, so deep, so cheerful, so passionate...or, we got no one and it seems like we're gonna end up single for a long time....we might be in an open relationship and friends are always like a God to us..... we might be thinking love is an asshole... but the next day the we wake up, can you predict what's going to happen to what we're hold on to?

i woke up this morning and give breath to one day i'm living. what matters is now, i live just for today, i might be die tomorrow, or, end up in a fatal early marriage with five kids. Who knows? we're too busy reassuring things, and forget to live freely or, to care to others.

Don't hold the sands too tight, you're just gonna be too easy to let them go.


naa

Monday, January 24, 2011

dua belas jam

aku cinta lirikanmu dari kala pertama tertabrak pandangan
setiap bisikan dengan rima bicara yang terdengar pantas
dan pernyataan sempurna bagi perjanjian yang kubilang brilian
aku lupa bentuk dunia lain di saat terbaik macam ini
aku rasa kamu juga lupa duniamu pernah meluas

kita di sini menjadi kenyataan paling penting
terkunci pada hari-hari yang habis pelan-pelan diamati berdua
jangan mimpikan kesatuan utuh terikat erat
judul yang pantas hanya sekedar benturan
bertumbukan di satu-satunya momen menghibur dari deretan kestatisan
sekarang ini kamu matahari
sampai waktumu mundur dan kita pulang kembali berrotasi


naa