Sunday, September 25, 2011

rahasia

Morning Folks,

Bagaimana malam minggunya? Akhir-akhir ini malam minggu jadi icon penting dalam hidup saya yg mulai terasa monoton. Bukan hanya malam mingguan dengan pacar, mostly malam minggu saya dilalui bersama genk gong abadi saya, either menggila di karaoke room atau sekedar ngumpul di rumah saya. Sejujurnya pilihan spending Saturday nite with whom saya sih cuma sedikit ; genk gong; pacar; atau cable tv.

Tadi malam acara malam minggu saya berakhir kurang menyenangkan karena penyakit kronis saya kambuh, beradu keras dengan gaster si lambung lucu dan saya muntah-muntah. Bukan karena habis mabok, tapi karena minum kopi. Muntah itu nggak enak lho, ketika makanan lewat di saluran makan dengan arah sebaliknya itu enggak ada nikmatnya sama sekali. Anyway, tim saya juga enggak lengkap malam itu, rencananya mau menggila di karaoke, tapi kemampuan menunggu saya dan teman-teman saya sedikit di bawah standar, dan itu adalah malam minggu dimana hampir semua umat ingin olah vokal, maka jadinya batal.

Malam saya diawali dari berkumpul di kamar saya, girls talk dengan dua pacar perempuan saya sementara menunggu yang laki-laki menyusul. Saya kangen sekali sama mereka, setelah seminggu menghabiskan waktu di kaamar bersalin dan hidup saya hanya ibu2 ngangkang, laptop dan tidur. Waktu tidak pernah berhasil memudarkan kegilaan kami yang usianya tetap belasan tahun. Maksudnya adalah, cara kami bicara satu sama lain, berteriak, dan topik-topik yang dibahas.

Saya selalu suka rahasia dan dibuat penasaran! Tadi malam itu, saya diberitahu rahasia super besar dan saya ternganga super lebar. Saya nggak mungkin menulis rahasia itu di blog saya, tapi saya merasa penting mencatat perasaan saya malam itu. Super salut! Itu kata kuncinya! Rahasianya adalah sedikit tentang keberanian. Keberanian untuk mengakui diri dan bersikap jujur. Sesuatu yang jaraaaaang sekali saya bisa pegang kuat.. mostly kita ini lebih senang untuk “lebih baik tidak dibicarakan daripada jadi ribut”, kita senang menyimpan kejujuran ketika kejujuran itu menyakitkan. Saya termasuk orang yg kalau memang saya tidak perlu diberitau fakta menyakitkan, sekalian saja enggak usah. Ekstremnya, saya akan fine saja kalau pacar saya mau flirting di belakang saya, tapi jangan sampai saya tau atau jangan sampai saya mencium jejak itu, well, mengintip sedikit itu jauh lebih membuat mati penasaran lho.

Jadi saya sangat salut sama teman saya dan ingin menciumnya seperti saya mencium adik perempuan imajiiner saya. Biarpun kejujuran yang diakuinya agak mengejutkan untuk orang seperti saya ini yang sedikit konvensional, tapi saya angkat topi untuk pilihannya. Hem, kita patut belajar dari hal ini, berani berdiri jujur di atas segala tumpukan sampah konsekuensinya.

Tapi sampai batas mana ya kita harus selalu jujur? Ahaha. Sepertinya saya akan tetap memakai prinsip saya yang menghalalkan white lies dan saya tetap menghormat bungkuk pada sesiapa pun yang mencintai kejujuran telanjang.

Sekian

naa

No comments:

Post a Comment