Thursday, November 24, 2011

rayuan-rayuan lampau

Dalam seribu cahaya
Aku mengenalimu
Di sanalah titik aku gembira
Ketika hanya dengan menatapmu
-naa


Karena kamu adalah matahari
Aku mau jadi tumbuhan
Melumat sinarmu sesukaku
Terutama pagi hari
Tampilan terbaikmu
-naa



Dan karena kamu adalah pelangi
Aku mau jadi kamera
Dimanja-manja mataku
Mengagumi warnamu
-naa



Aku ingin bertemu
Meski singkat saja tak mengapa
Akan kuterjemahkan rindu
Menjadi bahasan panjang semalam suntuk
-naa



Kapan kamu ke sini?
Mengurai tipis-tipis lembaran sepi
Berjuta detik rahasiaku belum kubagi
Lebih lagi aku ingin diciumi
Merapat dalam teori sederhana berjudul kasih
-naa



kalau kamu kesal
pikirkan aku
aku ingin kamu tertawa
seperti aku ini ludruk
kalau perlu aku akan jadi badut
supaya kamu lebih gembira lagi
-naa



Aku senang diperhatikan
Dengan mata berbinar
Karena alasan bunyi tawaku
Sesederhana alasanku tidak berkedip
Karena mengagumi bulu matamu
-naa

Aku berhenti berputar, aku bergerak

Aku tidak pernah bergerak, aku hanya berputar. Selama menahun seperempat tempat di otak ini isinya kamu. Seperti makna sabut kelapa pada lambang pramuka, kamu bisa bermanfaat apa saja. Menjadi sumber kebanyakan inspirasi tulisanku, menjadi biang keributan, menjadi pemacu adrenalin atau sebaliknya pemerah kelenjar air mata.

Aku tidak pernah bergerak, aku hanya berputar. Menjelma menjadi berbagai wujud yang melelehi keberadaanmu. Menjadi musuh berbuyutan mau pun teman bertopeng atau teman sejati, lebih sedikit kalau sedang melankolis ku pikir kamu soulmate.

Aku tidak pernah bergerak, kamu tidak pernah berputar. Bagiku kamu adalah bentuk abstrak personal dengan pikiran yang mengundang keruwetan interpretasi. Semua pikir aku selalu cinta, sampai aku pun tertipu stigma itu. Aku pikir aku terobsesi dan ternyata aku juga tertipu. Aku tidak pernah bergerak menjauh dan hanya memutari kamu dari tiga ratus enam puluh sumbu.

Aku tidak pernah bergerak, kamu tidak pernah berputar. Yang menciptakan semua khayalan dan menyutradarai langkah-langkah di percaturan konyol kita ini ya aku. Lebih-lebih, yang bermain catur itu ya aku, melawan diri sendiri, atau melawan komputer yang berganti-ganti menemani jari-jariku mengetik tulisan ke-entah berapa yang ada sangkutannya denganmu.

Aku tidak ingin lagi berputar, aku mau bergerak. Alasan bosan? Alasan benci? Alasan dangkal? You name it. Aku tidak menebak isi kepalamu. Hidup kita, atau, mungkin (dengan garis bawah dan cetak tebal) hidupmu sudah bebas dari ampas-ampas apa pun tentang aku, hanya formalitas pertalian teman yang membuat kita bergandengan. Kali ini, bola masalah ada di kotak penalti pribadiku.


Aku berhenti berputar, aku bergerak. Aku selalu mengusung tema my life is about me dan berhasil membengkokkan perasaan menjadi ilusi pribadi yang bisa dinikmati sama persis saat membuka dan menutup mata. Tampaknya, selama dalam lakon menahun ini, semua ini bukan tentang aku-kamu atau singkatnya, kita. Semua ini tentang aku. Tentang bagaimana suatu ide tentang kecintaan bermetamorfosa jadi waham-waham dan halusinasi-halusinasi dan perang mulut-perang mulut dan drama-drama yang menciprati hidupmu juga.


Jadi. Aku bergerak dari apa-apa yang secara kronis kukira kamu-ku.


naa