saya baru bangun dari tidur panjang
saya baru saja menghapus iler saya yang berkerak dan mengorek kotoran di mata saya
saya sudah membuktikan saya baru saja bermimpi
sampai lupa, tadi itu tidak nyata, padahal rasanya nyata sekali
seperti di film-film, saya jadi tertukar.
sekarang saya duduk sendiri
kepala saya masing kopong dikerok habis isinya oleh logika yang lumer, terlalu panas di dalam sana,
saya sibuk mengoceh tentang mimpi sampai lupa kalau kata-kata isinya berbisa
dan sekarang saya bangun dengan nyeri kepala hebat dan mata sulit dibuka,
sudah selesai tidurnya
lalu saya pikir saya tidak mengantuk lagi
saya masih lelah bermimpi setelah disenggol dan terbangun
saya mau melamun saja
ber-impian siang bolong
durasi lebih singkat kerja lebih cepat seperti obat bius lokal
saya sedang tidak ingin dibius total
yang sekarang cukup sekarang
yang nanti biar mengantri
selamat bermimpi siang hari!
naa
(que sera sera)
Saturday, August 7, 2010
Thursday, August 5, 2010
saya, cuma hidup
sebut aku binatang jalang, seperti dalam puisi lain-lain
sebut aku penjahat bermata satu
sebut logikaku sudah kadaluarsa
seolah narasi kehidupan yang kubacakan tidak beralur
melompat-lompat seperti aku tidak dapat dipegang bicaranya
seolah lupa aku sudah bilang apa
sepertinya banyak
sepertinya manis
percayalah, logikaku pernah berada paling superior
dari segala kata hati yang meredup digilas kendali
aku hanya hidup
saat ini
menit ini
untuk menafasi detik berikutnya
aku tidak mau bermimpi harus apa dan bagaimana
aku tidak mau mendengar
setuli yang dalam sebutanmu pecundang murahan
sungguh. ini cuma pararelisme hidup
sebutan temanku untuk lompatan ekstrimku nyaris tanpa berpikir
naa
(bukan provokasi, bukan pembelaan ompong, haha)
sebut aku penjahat bermata satu
sebut logikaku sudah kadaluarsa
seolah narasi kehidupan yang kubacakan tidak beralur
melompat-lompat seperti aku tidak dapat dipegang bicaranya
seolah lupa aku sudah bilang apa
sepertinya banyak
sepertinya manis
percayalah, logikaku pernah berada paling superior
dari segala kata hati yang meredup digilas kendali
aku hanya hidup
saat ini
menit ini
untuk menafasi detik berikutnya
aku tidak mau bermimpi harus apa dan bagaimana
aku tidak mau mendengar
setuli yang dalam sebutanmu pecundang murahan
sungguh. ini cuma pararelisme hidup
sebutan temanku untuk lompatan ekstrimku nyaris tanpa berpikir
naa
(bukan provokasi, bukan pembelaan ompong, haha)
Subscribe to:
Posts (Atom)