Tuesday, April 3, 2012

potensial aksi


“mulut manis, garis kuning bersemir biru. Cinta lama bolehkah kuganti nama baru?

Menghangat dibalut banyu bening kebiruan

Menyapukan gelombang pasang yang ditumbuk bukit berlaur

Mulutmu terasa manis berkenyal di telingaku

Lelah tersenyum memantul kilau pada wajahmu,

Aku tidak pernah mau pulang, tapi gerimis memaksa beranjak angkat kaki

Kuberi jarak selang tiga, tertelan di tepi garis biru kuning.

Cinta lamaku tanpa jawaban, dan aku kecanduan bertanya”


..... Aku selalu suka perasaan sesudah aku bertemu menjauh dari kontinuitas kebosanan. Sesudah tetap tinggi, dan tidak berhenti, tersenyum tampak gigi… kini aku punya tabungan kupu-kupu di dalam perut yang cukup untuk membuatku gila tiba-tiba. Masih bisa persis kugambarkan ulang warna kulit kita tanpa malu-malu saat berpegangan erat. Telanjang,tanpa disaksikan. Bicara, tanpa ikut aturan bahasa. Mencuri lihat dan dengar setiap masa bersamaan yang lama tidak pernah bergema. Sudah bertumpuk hari dilupakan dan ditekan habis-habisan. Sekarang ini : bertabrakan di pinggir garis biru kesayangan.


Sekali lagi : aku hanya mau merabarasa ulang



(jangan asosiasikan sebagai kedangkalan 17++. berhenti mereka-reka, bersantailah menikmati kreasi otak saya)


naa

No comments:

Post a Comment