Suatu hari ada kabar yang
mewarnai kebosanan saya di desa tempat saya tinggal, seseorang dari cerita dulu
(tidak terlalu lampau) punya pacar baru, diumumkan lewat display picture bbm yang berganti jadi foto berdua dengan seseorang
baru (judulnya pacar baru, saya pun baru tau orangnya), berhubung saya tidak
mengaktifkan feature recent updates dalam
rangka menapis dosa lantaran mengomentari personal
message di daftar contacts saya, saya
diberitau kabar tersebut oleh teman baik saya.
Saya belum menanyakan kabar
tersebut langsung pada orangnya, tapi dari segelintiran bicara-bicara kabar
tersebut terkonfirmasi. Dan seorang teman menanyakan dengan nada usil,
“bagaimana perasaannya, Na?” whoaa... mungkin bermaksud menggoda, tapi saya
menjawab dengan serius, perasaan saya baik-baik saja, happily surprised! Meskipun kesungguhan saya terus diragukan, tapi
saya menjawab dengan jawaban yang sama setiap kali ditanyakan hal serupa.
Lagipula apa alasannya saya tidak
gembira?
Tanpa bermaksud membahas hubungan
yang sudah lewat, saya pikir memang ini berita yang tergolong melegakan,
mengingat banyaknya jumlah air mata dan emosi yang tertera di dalam sejarah
hubungan tersebut. Dan secara personal, adalah beban batin bagi saya bila saya
berpikir bahwa saya menjadi alasan seseorang bersedih, entah bagaimana pun
faktanya. Biar bagaimana pun buruknya pernyataan yang dikeluarkan orang-orang
di sekitar saya mengenai sejarah ini, saya selalu memercayai bahwa semua orang
adalah orang baik. Hanya sesekali saja lepas kendali. Hanya sesekali kita butuh
pernyataan berhenti, dan inilah alasan mengapa sejarah semacam tersebut
diakhiri.
Lalu ada teman lain yang
tertawa-tawa dan mengatai saya jealous
melihat reaksi pertama saya yang penasaran setengah mati. Hem, mari kita telaah
reaksi semacam ini. Hal ini jelas awam terjadi pada hampir semua perempuan
manapun. Ada yang dengan alasan narsistik bermaksud mengkomparasi, lalu
mencari-cari kekurangan, ada yang bermaksud mengata-ngatai perempuan baru yang
berhasil merebut sang pacar lama, bahkan mencari kemiripannya dengan pacar baru sang mantan
untuk memastikan bagi diri sendiri bahwa sang mantan sengaja cari pacar setipe
karena belum move on, well, kali ini saya tidak begitu!
Hahaha. (ingat kalimat saya sebelumnya, hal ini jelas terjadi pada hampir semua
perempuan manapun)
Lagipula apa alasannya saya jealous?
Lagi, tanpa bermaksud membahas
hubungan yang sudah lewat, saya pikir kecemburuan tidak tepat digunakan di
sini. Ketika kita berhasil menempatkan seseorang yang tadinya sangat kita
sayangi bergeser menjadi orang yang kita hormati, rasa kepemilikan sepenuhnya
bergeser dari skala seratus menjadi nol. Jadi tidak lagi ada porsinya perasaan
semacam itu. Yah meskipun terdengar tidak bisa dipercaya, tapi bagi saya ini
masuk akal, dan rasanya menggelikan saat orang-orang tidak percaya, yah, bukan
barang baru terjadi benturan cara berpikir saya dengan kaidah-kaidah yang
berlaku umum.
Tulisan ini terilhami dari
banyaknya pertanyaan aneka bentuk tentang perasaan saya, mengapa malah saya
yang jadi sorotan? Saya pikir mungkin meskipun kabar gembira ini bukan datang
dari saya, tapi kabar gembira ini ikut berefek pada saya, saya jadi gembira,
makanya orang-orang menanyakan perasaan saya, memastikan saya gembira juga atau
tidak.
Saya gembira, sungguh. Kalau ada
yang bilang kabar ini baru terdengar selang cukup lama sehingga tidak cukup lagi
menyakiti saya, itu salah besar, kalau pun terdengar selang seminggu, saya akan
tetap gembira. Dan pertanyaan terakhir yang membuat saya tersenyum, “kok
gembira, Na?” , karena sekali lagi teori saya terbukti : ‘Kita selalu takut
melepas pegangan karena takut terjatuh, lalu pada akhirnya kita dipaksa
melompat dan akan terkaget-kaget mengetahui kita punya dua kaki untuk
mendarat.’ Saya gembira saya tercantum dalam sejarah hidupnya, pernah menjadi
bagian dari pelajaran pahitnya dan menjadi loncatan untuk keberanian menulis
sejarah lebih baru, itulah kenapa saya merasa gembira!
naa
p.s
meskipun waktu tidak pernah jadi
sahabat sejati yang tidak menyebalkan,
tapi waktu selalu jadi penyembuh
terbaik untuk perasaan sakit yang dikira menetap,
:) :) selamat jatuh cinta
lagi! Saya bangga sama kamu!
“broken heart won’t kill you, you’ll still be alive after all this through
and you’ll find someone else to love, you’re just gonna be fine!” (seorang
teman yang bilang, dari teman lain yang mengata-ngatainya demikian saat dia
menangis pasca putus pacar).
No comments:
Post a Comment