Thursday, October 4, 2012
cyanocobalamin
yang paling bontot ditulis di kertas resep saya
kadang-kadang jadi satu-satu pilihan setiap kali seseorang datang pada saya dan bilang pegal-pegal
belakangan jadi solusi nakal dan brilian :
intramuskular
seandainya ada keputusan sepintas itu
untuk menuang habis ideologi saya ke dalam pikiran seseorang tanpa perlu dicerna
tinggal bilang "sepakat!"
naa
Monday, October 1, 2012
make-up pouch
tanpa tersadar
kamu menjadi komplotan terpenting saya
di setiap perjalanan tak bermalam di rumah,
menampung cairan-cairan ajaib
atau kabel-kabel berbelit
ternoda di sana-sini
beraroma aneka rupa
tanpa tersadar
kamu hampir sepenting kepala saya
dan hari ini kamu menemukan akhir
berbesar hati berhenti menemani
karena sudah tak lengkap lagi
kamu akan diganti seperti benda-benda
dan orang-orang lain yang saya ganti
tapi terima kasih untuk siapa ppun yang menemukan
dan menjajakanmu,
seperti lagu rutin selamat tinggal yang biasa kutembang :
kita sudah tidak sejalan, sudah berbeda kenyamanan,
mengapa saling menyusahkan?
naa
(melepaskan benda-benda yang biasa menempel setiap hari entah kenapa terasa seperti melepas orang yang saya sapa pertama kali di pagi hari)
kamu menjadi komplotan terpenting saya
di setiap perjalanan tak bermalam di rumah,
menampung cairan-cairan ajaib
atau kabel-kabel berbelit
ternoda di sana-sini
beraroma aneka rupa
tanpa tersadar
kamu hampir sepenting kepala saya
dan hari ini kamu menemukan akhir
berbesar hati berhenti menemani
karena sudah tak lengkap lagi
kamu akan diganti seperti benda-benda
dan orang-orang lain yang saya ganti
tapi terima kasih untuk siapa ppun yang menemukan
dan menjajakanmu,
seperti lagu rutin selamat tinggal yang biasa kutembang :
kita sudah tidak sejalan, sudah berbeda kenyamanan,
mengapa saling menyusahkan?
naa
(melepaskan benda-benda yang biasa menempel setiap hari entah kenapa terasa seperti melepas orang yang saya sapa pertama kali di pagi hari)
Friday, August 31, 2012
Antares
bintangmu tumpah
di atas karpet gelap
dan di antara seribu anonim
warna kuningmu menjadi bernama
engkau aman
disisipkan di balik pikiran
berlindung dalam diam-diaman perkataan
dan menyerah berakhir di kedipan fajar
naa
(semalam suntuk bertengkar, sepanjang siang berkelar)
di atas karpet gelap
dan di antara seribu anonim
warna kuningmu menjadi bernama
engkau aman
disisipkan di balik pikiran
berlindung dalam diam-diaman perkataan
dan menyerah berakhir di kedipan fajar
naa
(semalam suntuk bertengkar, sepanjang siang berkelar)
stepping stones
Suatu hari ada kabar yang
mewarnai kebosanan saya di desa tempat saya tinggal, seseorang dari cerita dulu
(tidak terlalu lampau) punya pacar baru, diumumkan lewat display picture bbm yang berganti jadi foto berdua dengan seseorang
baru (judulnya pacar baru, saya pun baru tau orangnya), berhubung saya tidak
mengaktifkan feature recent updates dalam
rangka menapis dosa lantaran mengomentari personal
message di daftar contacts saya, saya
diberitau kabar tersebut oleh teman baik saya.
Saya belum menanyakan kabar
tersebut langsung pada orangnya, tapi dari segelintiran bicara-bicara kabar
tersebut terkonfirmasi. Dan seorang teman menanyakan dengan nada usil,
“bagaimana perasaannya, Na?” whoaa... mungkin bermaksud menggoda, tapi saya
menjawab dengan serius, perasaan saya baik-baik saja, happily surprised! Meskipun kesungguhan saya terus diragukan, tapi
saya menjawab dengan jawaban yang sama setiap kali ditanyakan hal serupa.
Lagipula apa alasannya saya tidak
gembira?
Tanpa bermaksud membahas hubungan
yang sudah lewat, saya pikir memang ini berita yang tergolong melegakan,
mengingat banyaknya jumlah air mata dan emosi yang tertera di dalam sejarah
hubungan tersebut. Dan secara personal, adalah beban batin bagi saya bila saya
berpikir bahwa saya menjadi alasan seseorang bersedih, entah bagaimana pun
faktanya. Biar bagaimana pun buruknya pernyataan yang dikeluarkan orang-orang
di sekitar saya mengenai sejarah ini, saya selalu memercayai bahwa semua orang
adalah orang baik. Hanya sesekali saja lepas kendali. Hanya sesekali kita butuh
pernyataan berhenti, dan inilah alasan mengapa sejarah semacam tersebut
diakhiri.
Lalu ada teman lain yang
tertawa-tawa dan mengatai saya jealous
melihat reaksi pertama saya yang penasaran setengah mati. Hem, mari kita telaah
reaksi semacam ini. Hal ini jelas awam terjadi pada hampir semua perempuan
manapun. Ada yang dengan alasan narsistik bermaksud mengkomparasi, lalu
mencari-cari kekurangan, ada yang bermaksud mengata-ngatai perempuan baru yang
berhasil merebut sang pacar lama, bahkan mencari kemiripannya dengan pacar baru sang mantan
untuk memastikan bagi diri sendiri bahwa sang mantan sengaja cari pacar setipe
karena belum move on, well, kali ini saya tidak begitu!
Hahaha. (ingat kalimat saya sebelumnya, hal ini jelas terjadi pada hampir semua
perempuan manapun)
Lagipula apa alasannya saya jealous?
Lagi, tanpa bermaksud membahas
hubungan yang sudah lewat, saya pikir kecemburuan tidak tepat digunakan di
sini. Ketika kita berhasil menempatkan seseorang yang tadinya sangat kita
sayangi bergeser menjadi orang yang kita hormati, rasa kepemilikan sepenuhnya
bergeser dari skala seratus menjadi nol. Jadi tidak lagi ada porsinya perasaan
semacam itu. Yah meskipun terdengar tidak bisa dipercaya, tapi bagi saya ini
masuk akal, dan rasanya menggelikan saat orang-orang tidak percaya, yah, bukan
barang baru terjadi benturan cara berpikir saya dengan kaidah-kaidah yang
berlaku umum.
Tulisan ini terilhami dari
banyaknya pertanyaan aneka bentuk tentang perasaan saya, mengapa malah saya
yang jadi sorotan? Saya pikir mungkin meskipun kabar gembira ini bukan datang
dari saya, tapi kabar gembira ini ikut berefek pada saya, saya jadi gembira,
makanya orang-orang menanyakan perasaan saya, memastikan saya gembira juga atau
tidak.
Saya gembira, sungguh. Kalau ada
yang bilang kabar ini baru terdengar selang cukup lama sehingga tidak cukup lagi
menyakiti saya, itu salah besar, kalau pun terdengar selang seminggu, saya akan
tetap gembira. Dan pertanyaan terakhir yang membuat saya tersenyum, “kok
gembira, Na?” , karena sekali lagi teori saya terbukti : ‘Kita selalu takut
melepas pegangan karena takut terjatuh, lalu pada akhirnya kita dipaksa
melompat dan akan terkaget-kaget mengetahui kita punya dua kaki untuk
mendarat.’ Saya gembira saya tercantum dalam sejarah hidupnya, pernah menjadi
bagian dari pelajaran pahitnya dan menjadi loncatan untuk keberanian menulis
sejarah lebih baru, itulah kenapa saya merasa gembira!
naa
p.s
meskipun waktu tidak pernah jadi
sahabat sejati yang tidak menyebalkan,
tapi waktu selalu jadi penyembuh
terbaik untuk perasaan sakit yang dikira menetap,
:) :) selamat jatuh cinta
lagi! Saya bangga sama kamu!
“broken heart won’t kill you, you’ll still be alive after all this through
and you’ll find someone else to love, you’re just gonna be fine!” (seorang
teman yang bilang, dari teman lain yang mengata-ngatainya demikian saat dia
menangis pasca putus pacar).
Wednesday, August 22, 2012
mind trick
di dalam genggaman yang tersorot
oleh air mata yang basah jatuh
kusapu marahmu
supaya senyuman menjadi ingatan terakhir tentangmu kupunya
rindu diam-diam
berdoa pelan-pelan
dan pikiran-pikiran kecilku,
tolonglah, lewat saja
-naa
warna bajuku,
wangi parfumku,
kacamata baruku,
berbeda dari keasinganmu,
berhentilah bertengger di pikiranku
-naa
kita tidak pernah berfoto berdua
meskipun, pikiran terasa terikat
setidaknya, begitulah pikirku
-naa
merasa dibodohi oleh elektronika
oleh bebunyian
oleh kelip lampu merah
oleh jajaran huruf
lebih-lebih,
oleh pikiranku sendiri
*sigh*
*sigh*
sh*t!
-naa
oleh air mata yang basah jatuh
kusapu marahmu
supaya senyuman menjadi ingatan terakhir tentangmu kupunya
rindu diam-diam
berdoa pelan-pelan
dan pikiran-pikiran kecilku,
tolonglah, lewat saja
-naa
warna bajuku,
wangi parfumku,
kacamata baruku,
berbeda dari keasinganmu,
berhentilah bertengger di pikiranku
-naa
kita tidak pernah berfoto berdua
meskipun, pikiran terasa terikat
setidaknya, begitulah pikirku
-naa
merasa dibodohi oleh elektronika
oleh bebunyian
oleh kelip lampu merah
oleh jajaran huruf
lebih-lebih,
oleh pikiranku sendiri
*sigh*
*sigh*
sh*t!
-naa
Sunday, August 19, 2012
see you when i see you
Warna senyummu
Dalam warna senja
Di antara banyak suara,
Alasan kecil untuk tersenyum mendilusi pertengkaran virtual
tempo hari
Kuhirup bau manis kretekmu, bau kopimu dan baumu
aroma selalu jadi pemicu kuat untuk mengingat cinta yang
seolah terbangun manis dari tidur,
bersama matahari tenggelam di belakangmu
denganmu,
waktu sudah tidak berlaku
(duduk di teras, saat senja)
naa
Thursday, August 9, 2012
tunnel vision
jarak tidak pernah lagi jadi hantu
perasaan ambigu sudah lama pensiun jadi benalu
rindu tidak pernah tidak menggebu
-naa
bangkitan pikiran lewat endusan wewangian
rentetan senyuman terseret khayalan,
selamat malam, kawan!
-naa
bunga kecil
aku rindu percepatan waktu
salah, aku butuh percepatan waktu
karena aku takut
tidak, aku tidak boleh takut
aku mau kamu tau
bunga kecil
aku mau ending yang sempurna!
-naa
Kejujuran Kaki
Aku pikir hati adalah benda yang paling jujur di antara
lidah, otak atau pun mata. Hati bukan hati yang dimaksud di pelajaran anatomi,
tapi hati adalah gaungan perasaan yang disimbolkan dengan bentuk hati dan
ditempatkan salah kaprah di sela iga, dimana jantung semestinya. Lalu seseorang
bilang kaki adalah yang paling jujur. Kaki akan membawa kemana pun keinginan
paling dasar yang diminta hati.
Kaki membawaku ke banyak pintu. Pintu dengan aneka ruas dan
kejutan, pintu yang akan menghamburkan cahaya saat dicoba diterawang. Pintuku
sudah banyak kuterobos, beberapa kali isinya hanya ruang hitam sebesar bioskop,
beberapa isinya labirin, malah ada yang transparan; sewaktu dibuka malah
menembus pintu lain.
Hari ini kakiku membawaku pada pintu punyamu. Pintu aneh
dengan dua daun tapi gagal salah satunya, pintu yang berukuran pendek. Kupikir
aku harus menunduk untuk melewatinya.
Lalu pernahkah membuka pintu dan merasa pernah di suatu
momen kehidupan merasakan bahwa pernah membuka pintu yang persis sama? Itulah
pikiran pertama yang menabrakku sewaktu akan membuka pintumu.
Buka? Tidak? Kalau dibuka, isinya apa? Mungkin hadiah, jadi
ini pintu rezeki. Mungkin isiny kloset, jadi ini pintu toilet. Mungkin isinya
mobil, jadi ini pintu garasi. Ah, mati berspekulasi, tanpa basa-basi kuterobos
pintumu tanpa peduli bisa saja ada monster bersembunyi di balik situ.
Dor! Kok isinya cermin? Ini pintu ruang ganti perempuan. Kok
hari ini kakiku membawa ke sana? Aku teringat pernah mematut-matut diri mencoba
baju-baju baru dan berputar di depan kaca di ruangan semacam ini, dan menyadari
badanku tidak sebagus itu, malah lebih melotot lagi kalau di ruang ganti dengan
tiga cermin.
Jadi pintu ini pintu ruang ganti, dan aku harus masuk dan
menontoni bayanganku sendiri? Kaki, apakah hari ini kamu akhirnya berbohong? Aku
menoleh pada kaki, bergantian dengan bayangannya. Sama bantetnya, pikirku, tapi
kakiku jujur. Sejujur tangan, perut dan lengan atas. Apa yang musti ditutupi? Apa
yang musti ditakuti? Mereka tidak bertaring, mereka tidak mengata-ngatai balik
orang-orang yang mengatai mereka gemuk, mereka hanya berfungsi tanpa cacat.
Lalu aku melengos menatap pipi, dan teringat kata-katamu
tentang pipi. Pipi dinamai pipi karena ada dua, dan suku kata pi-pi pun kembar,
pipi mungkin mengkembung seiring banyaknya makanan yang ditelan, tapi pipi
tidak pernah mengkhianatiku saat tersenyum. Pipi tidak pernah tiba-tiba copot
dan lari kabur kalau dikatai serupa bapao, pipi bahkan lebih setia menemani
sampai mati dari pada pacar yang bersumpah setia. Jadi, pipi juga jujur,
sejujur paha, kaki, lengan dan perut. Mereka berfungsi. Mereka bukan benda mati
yang bisa dikatai jelek, lah wong berfungsi kok?
Oke. Sudah di ruang ganti dan sudah bercermin, sekarang apa?
Berputar-putar? Tersenyum-senyum bodoh? Seandainya
mulut tidak berganda saat menjelek-jelekkan kaki, paha, perut dan lengan, tentu
bayangan mereka tidak pernah membuatku mengerenyitkan alis.
Lalu, kenapa kaki membawa ke tempat ini? Kurasa karena kaki
ingin aku bercermin, saat semua mulut dikunci di luar ruang ganti ini, dan
kuamati ruangan yang cerminnya lebar-lebar ini, lalu mengerti mengapa pintunya
kecil lalu setelah berhasil melewati pintu, ruangannya baru terasa lebar.
Begitulah kita selalu memandangi diri kita, kecil sekali. Saat bercermin,
banyak yang disadari sudah terluput, setengah jam bercermin sambil berpikir
baru menyadari bahwa diri yang sempurna tidak pernah dinilai dari bentuk atau
ukuran, tetapi dari fungsi dan pencitraanku sendiri. Makanya, hari ini ada
cermin di dalam ruang ganti, supaya bisa jujur, sejujur kaki.
naa
Wednesday, August 8, 2012
anak hilang
"i am ashamed we're not so close
since i am always be your favorite daughter, but
you don't know me that much.
you don't know i love to talk dirty. you don't know i love banana split.
you don't know i love thailand horror movies. you don't know how bad
i want to be great doctor like you.
you don't know how i'd love to be your closest friend..
for years we hadn't had a lot talk, pop..
i cry myself out spelling your phone number
wishing i had that motive to call you as easy as i call that guy
who's just driving me home
knowing you're not asleep 'cause i've just entered and saw you reading your book
but i didn't say anything
i don't know what to say to you
even a 'good night'
or 'i'm home pop...'
nothing.
i want to talk to you.
without any feeling of guilt that i'm not your best girl anymore. since i've turned into
something out of your frame..
and i hate myself for feeling that.
i know you're never been like that.
it's just me.
in my head."
(from my old note, with some re-writing)
Hey Folks,
komunikasi selalu jadi masalah antara saya dan orang tua saya. Bukannya sama sekali tidak bisa bicara, tapi tidak bisa mengungkapkan isi pikiran atau apapun, dan ini berlangsung tahunan hingga saya sebesar ini. Saya selalu berpikir ingin menceritakan banyak hal, terutama pada papa saya, menggelikan bahwa saya yang terkenal bawel ini tidak tau mau bilang apa kalau sedang membicarakan hal yang serius.
Kadang-kadang messenger menyelamatkan saya, bahasa tulisan lebih terdengar masuk akal daripada lisan, isu terakhir yang saya bahas dengan beliau adalah isu terakhir tentang mantan pacar, yang entah dengan cara apa membuat saya percaya bahwa beliau dengan caranya sendiri tau cara saya berpikir, satu yang nyeleneh dari sekian banyak masalah besar yang berakhir dengan diamnya saya, tidak mengiyakan atau membantah apa pun isi pikiran beliau tentang saya yang lebih sering dikirimkan lewat sms.
Saya pernah mencoba menelepon, menanyakan kabar, casual call yang terinspirasi dari teman saya yang rajin sekali menelepon papanya. Sesuai dugaan saya, malah terdengar aneh dan kaku, dan saya berhenti mencoba mengikuti reminder handphone saya yang mengingatkan untuk menelepon beliau setiap hari.
Hampir 10 tahun saya tidak tinggal serumah dengan beliau, dan kalau ada yang mau menghitung, bisa terhitung berapa kali saya menelepon beliau. Saya tau ini cara yang aneh untuk menjaga hubungan waras dengan orang tua, tapi saya lebih memilih bahasa tanpa intonasi atau keterlibatan eksistensi jasad untuk menyampaikan pikiran saya, atau sekedar mengkonsultasikan kasus pada beliau. Dengan kepercayaan tingkat tinggi saya meyakini hati kecil saya bahwa saya mewarisi cara berpikir beliau, mewarisi logikanya dan mewarisi ke-clumsy-an tingkat tingginya.
Cara hidup saya memang lucu, cara orang tua saya mendidik saya juga lucu, tapi saya tidak menganggap semua ini lucu. Saya sering berpikir bagaimana rasanya kalau saya masih tinggal dengan orang tua saya sampai usia sebesar ini, dan mungkin akan lebih banyak persoalan yang terasa tidak perlu.
Banyak yang mengingatkan saya tentang usia dan kesempatan dan tahun-tahun yang mungkin sudah banyak menghilang tanpa ada saya di dalam kehidupan sehari-hari beliau, banyak yang memberi pendapat bahwa perselisihan saya dan orang tua saya lebih banyak karena saya berkeras dengan alibi saya bahwa saya tidak bisa bicara dengan mereka. Saya mengerti, mungkin mereka benar.
Tapi saat ini mungkin saya tidak perlu bilang apa-apa... mungkin suatu hari kalau lidah saya sudah tidak terlalu kelu. Semoga dengan menjalani perjalanan hidup yang sesuai dengan track yang dimimpikan beliau, beliau tau bahwa saya mencintainya. Akan ada suatu saat saya meninggalkan keruwetan ini dan menggandeng tangannya dalam kesederhanaan hubungan anak-ayah.
Saya sedang rindu rumah. Rindu kehidupan lama yang saya jalani dan tetek bengeknya. Saya juga rindu deretan pendek orang-orang yang saya sayangi.Dan dengan alasan menghibur diri, saya memercayai bahwa saya berada di tempat ini untuk suatu alasan yang dikenal dengan : masa depan.
well, quid pro quo. Same work, same pay.
Que serra serra, that's my pop taught me and he's right.
Love you pop.
glad to share, Folks!
naa
since i am always be your favorite daughter, but
you don't know me that much.
you don't know i love to talk dirty. you don't know i love banana split.
you don't know i love thailand horror movies. you don't know how bad
i want to be great doctor like you.
you don't know how i'd love to be your closest friend..
for years we hadn't had a lot talk, pop..
i cry myself out spelling your phone number
wishing i had that motive to call you as easy as i call that guy
who's just driving me home
knowing you're not asleep 'cause i've just entered and saw you reading your book
but i didn't say anything
i don't know what to say to you
even a 'good night'
or 'i'm home pop...'
nothing.
i want to talk to you.
without any feeling of guilt that i'm not your best girl anymore. since i've turned into
something out of your frame..
and i hate myself for feeling that.
i know you're never been like that.
it's just me.
in my head."
(from my old note, with some re-writing)
Hey Folks,
komunikasi selalu jadi masalah antara saya dan orang tua saya. Bukannya sama sekali tidak bisa bicara, tapi tidak bisa mengungkapkan isi pikiran atau apapun, dan ini berlangsung tahunan hingga saya sebesar ini. Saya selalu berpikir ingin menceritakan banyak hal, terutama pada papa saya, menggelikan bahwa saya yang terkenal bawel ini tidak tau mau bilang apa kalau sedang membicarakan hal yang serius.
Kadang-kadang messenger menyelamatkan saya, bahasa tulisan lebih terdengar masuk akal daripada lisan, isu terakhir yang saya bahas dengan beliau adalah isu terakhir tentang mantan pacar, yang entah dengan cara apa membuat saya percaya bahwa beliau dengan caranya sendiri tau cara saya berpikir, satu yang nyeleneh dari sekian banyak masalah besar yang berakhir dengan diamnya saya, tidak mengiyakan atau membantah apa pun isi pikiran beliau tentang saya yang lebih sering dikirimkan lewat sms.
Saya pernah mencoba menelepon, menanyakan kabar, casual call yang terinspirasi dari teman saya yang rajin sekali menelepon papanya. Sesuai dugaan saya, malah terdengar aneh dan kaku, dan saya berhenti mencoba mengikuti reminder handphone saya yang mengingatkan untuk menelepon beliau setiap hari.
Hampir 10 tahun saya tidak tinggal serumah dengan beliau, dan kalau ada yang mau menghitung, bisa terhitung berapa kali saya menelepon beliau. Saya tau ini cara yang aneh untuk menjaga hubungan waras dengan orang tua, tapi saya lebih memilih bahasa tanpa intonasi atau keterlibatan eksistensi jasad untuk menyampaikan pikiran saya, atau sekedar mengkonsultasikan kasus pada beliau. Dengan kepercayaan tingkat tinggi saya meyakini hati kecil saya bahwa saya mewarisi cara berpikir beliau, mewarisi logikanya dan mewarisi ke-clumsy-an tingkat tingginya.
Cara hidup saya memang lucu, cara orang tua saya mendidik saya juga lucu, tapi saya tidak menganggap semua ini lucu. Saya sering berpikir bagaimana rasanya kalau saya masih tinggal dengan orang tua saya sampai usia sebesar ini, dan mungkin akan lebih banyak persoalan yang terasa tidak perlu.
Banyak yang mengingatkan saya tentang usia dan kesempatan dan tahun-tahun yang mungkin sudah banyak menghilang tanpa ada saya di dalam kehidupan sehari-hari beliau, banyak yang memberi pendapat bahwa perselisihan saya dan orang tua saya lebih banyak karena saya berkeras dengan alibi saya bahwa saya tidak bisa bicara dengan mereka. Saya mengerti, mungkin mereka benar.
Tapi saat ini mungkin saya tidak perlu bilang apa-apa... mungkin suatu hari kalau lidah saya sudah tidak terlalu kelu. Semoga dengan menjalani perjalanan hidup yang sesuai dengan track yang dimimpikan beliau, beliau tau bahwa saya mencintainya. Akan ada suatu saat saya meninggalkan keruwetan ini dan menggandeng tangannya dalam kesederhanaan hubungan anak-ayah.
Saya sedang rindu rumah. Rindu kehidupan lama yang saya jalani dan tetek bengeknya. Saya juga rindu deretan pendek orang-orang yang saya sayangi.Dan dengan alasan menghibur diri, saya memercayai bahwa saya berada di tempat ini untuk suatu alasan yang dikenal dengan : masa depan.
well, quid pro quo. Same work, same pay.
Que serra serra, that's my pop taught me and he's right.
Love you pop.
glad to share, Folks!
naa
Friday, July 13, 2012
memoar kretek
selamat siang sebatang rokok,
bunyi pelan pematik dimulailah tembang singkat lewat basah bibir mencecap
dan asap meliuk genit
momen paling seksi dari hembusan campuran molek
sesapan kedua, sejenak setelah jenaka terhimpit
dari dua ritme kepulan asap
mengalirkan kata dari sunggingan senyum yang diiringi kernyitan alis
kalimat kecil nikmat yang disuguhkan melawan arus fonasi
dan jentikan jari menghempaskan abu
lentik mengiringi asap yang menari semakin liar
bicara tentang sebatang rokok
dan aroma manis cengkeh yang diramu dalam benda engkau sebut racun
seluruhn dunia boleh memusuhi
tidak akan membeli badai perasaan yang digagasi adrenalin,
pulsasi menderu,
dan gejolak kupu-kupu di dasar perut
dan hisapan demi hisapan mengisi penuh paragraf cerita diam
menjadi klimaks pribadi dari cerita pendek sebatang rokok
menjelang kalimat penutup
dan jari jemari yang beradu di atas asbak penuh abu
menutup tarian asap yang menyusup
menyisakan godaan kecil paling jalang,
bakaran kedua
dan selamat siang sebatang rokok
selalu ada waktu untuk sebatang berikutnya.
naa
bunyi pelan pematik dimulailah tembang singkat lewat basah bibir mencecap
dan asap meliuk genit
momen paling seksi dari hembusan campuran molek
sesapan kedua, sejenak setelah jenaka terhimpit
dari dua ritme kepulan asap
mengalirkan kata dari sunggingan senyum yang diiringi kernyitan alis
kalimat kecil nikmat yang disuguhkan melawan arus fonasi
dan jentikan jari menghempaskan abu
lentik mengiringi asap yang menari semakin liar
bicara tentang sebatang rokok
dan aroma manis cengkeh yang diramu dalam benda engkau sebut racun
seluruhn dunia boleh memusuhi
tidak akan membeli badai perasaan yang digagasi adrenalin,
pulsasi menderu,
dan gejolak kupu-kupu di dasar perut
dan hisapan demi hisapan mengisi penuh paragraf cerita diam
menjadi klimaks pribadi dari cerita pendek sebatang rokok
menjelang kalimat penutup
dan jari jemari yang beradu di atas asbak penuh abu
menutup tarian asap yang menyusup
menyisakan godaan kecil paling jalang,
bakaran kedua
dan selamat siang sebatang rokok
selalu ada waktu untuk sebatang berikutnya.
naa
Thursday, June 28, 2012
somebody is watching you
Sekali, melihat.
Sekali, melihat lebih banyak lagi.
Lalu berkali-kali melihat dan semakin banyak bertanya.
Kali kedua, samar memerhatikan bentukmu, warnamu dan
panjangmu.
Menandai dan menamai,
Kali kedua ini menebak : seperti apa kamu bila dimiliki?
Bilangan berikutnya,
Berkelipatan kali kesempatan,
Melumat segala keutuhan,
Jatuh hati pada setiap fonasi dan setengah mengawasi
Dan menelan ironi : kamu tidak melirik
Maka suatu hari tidak terasa lama dari sekali yang waktu itu,
Kali itu kamu menghabisi ambigu
Dilema tanpa makna yang memupuskan tumpukan tanya,
Bicaramu tentang kenyataan, berbanding terbalik
terhadap pengharapan.
Selalu ada nama lain tertulis di bawah kulitmu
Maka kali kesekian ini mata mengekorimu
Boleh jadi untuk yang terakhir sebelum suatu hari bertemu,
Di akhir hari saat matahari berangkat tidur,
Kuaminkan permintaanmu untuk berhenti
dan atas nama kewarasan,
kukembalikan mataku yang berkaca-kaca*
pada tempatnya.
naa
(*terinspirasi dari kamu. Bukan lo. Bukan ‘yeiy’)
Thursday, May 17, 2012
best coffee mate
hey!
Hey! (sapaan balik, dan denting gelas kopi)
apa itu?
Cafe latte
tanpa gula?
Ya
mengapa tanpa gula
Tidak perlu gula (bunyi seruput kopi)
kan tidak manis?
Kan tidak pahit? kenapa dibikin manis?
betul (mengiyakan, membuka menu)
Apa pesanan kamu?
lemon tea, gulanya sedikit
Tuh kan lemon tea kan asam?
tidak terlalu asam kok
Nah, kita sama saja kan?
apanya?
Sama-sama memahami apa yang kita pesan....
dan tidak perlu banyak tambahan!
Ya (menyuruput kopi)
betul (menyuruput lemon tea)
....
menurut kamu ada enggak 'surga dunia'?
Mungkin ada, menurut kamu?
ada... (bunyi gelas teh)
Dimana?
di tempat ini, sewaktu kita kebetulan sama-sama memahami pesanan minuman, murni kita tanpa kompromi
Sejalan ya? (seruput kopi)
ya, dalam terowongan yang sama (seruput lemon tea)
(saling melihat; tersenyum idiot; tertawa; high-five)
naa
Hey! (sapaan balik, dan denting gelas kopi)
apa itu?
Cafe latte
tanpa gula?
Ya
mengapa tanpa gula
Tidak perlu gula (bunyi seruput kopi)
kan tidak manis?
Kan tidak pahit? kenapa dibikin manis?
betul (mengiyakan, membuka menu)
Apa pesanan kamu?
lemon tea, gulanya sedikit
Tuh kan lemon tea kan asam?
tidak terlalu asam kok
Nah, kita sama saja kan?
apanya?
Sama-sama memahami apa yang kita pesan....
dan tidak perlu banyak tambahan!
Ya (menyuruput kopi)
betul (menyuruput lemon tea)
....
menurut kamu ada enggak 'surga dunia'?
Mungkin ada, menurut kamu?
ada... (bunyi gelas teh)
Dimana?
di tempat ini, sewaktu kita kebetulan sama-sama memahami pesanan minuman, murni kita tanpa kompromi
Sejalan ya? (seruput kopi)
ya, dalam terowongan yang sama (seruput lemon tea)
(saling melihat; tersenyum idiot; tertawa; high-five)
"surga ada ketika dua orang berseberangan sepaham dan berjanji bertemu di luar ruangannya masing-masing"
naa
Sunday, May 6, 2012
hujan adalah perempuan
Folks,
Saya bertanya sama teman saya. Menurutnya, hujan itu
perempuan atau laki-laki? Dia, mungkin ingin bercanda menanggapi saya yang
sedang kebosanan bilang kalau hujan itu banci, dan teman saya ini homophobic,
makanya dia benci banci dan menganalogikan hujan itu adalah banci. (No offense!
Sungguh!) saya tergelak sendiri membaca bbm-nya, saya pun berpikir sendiri.
Menurut saya, hujan itu perempuan. Karena tidak bisa
ditebak. Kadang-kadang bisa, kalau langit memberi petunjuk, tapi lebih banyak
tidak. Perempuan pun sulit ditebak, tidak ada layarnya seperti handphone atau
laptop, tidak ada alarm nya seperti jam weker dan tidak ada lampu seinnya
seperti mobil.
Hari ini hujan mengawali hari saya. Hujan deras turun
sekitar jam 11 siang, 3 jam setelah saya sadar penuh dan membuka mata pagi
hari, hujan deras turun sewaktu saya sedang nemplok di ubin dan membaca novel
feminis yang tidak bisa tidak saya baca. Padahal saya ada janji kencan hari
ini, dan dia terlambat dan saya yakin, hujan akan makin melambatkan
perjalanannya. Lalu saya balas bbm teman saya, tidak boleh benci hujan karena
hujan itu rejeki. Hujan itu perempuan, dan perempuan itu rejeki. Perempuan datang
ke kehidupan dunia ini sebagai penggenap, karena nabi Adam dihitung satu,
ditambah Siti Hawa maka akan jadi dua, bilangan yang genap.
Menurut teman saya yang suka sekali menonton film dan saya
nikmati sesi bicara dengannya karena saya juga suka mengkalibrasikan momen saya
dengan adegan-adegan film, hujan selalu membawa suasana sedih dan membuat
pemeran filmnya matanya berkaca-kaca. Betul, perempuan memang begitu, sering
sekali berkaca-kaca atau membuat orang berkaca-kaca matanya. Mungkin karena saraf
otonom perempuan yang terhubung ke kelenjar air mata didisain secara fungsional
untuk lebih responsif. Responsif, sebelas dua belas dengan cengeng. Lalu saya
bilang, saya mau mandi hujan, pasti menyenangkan, dan teman saya melarang,
jangan! Nanti sakit. Lagi-lagi, betul juga kata teman saya, perempuan memang
kadang-kadang membuat sakit. Sakit hati karena patah hati, sakit jiwa karena
ditinggal mati atau sakit-sakit lainnya.
Waktu saya berangkat mau pergi makan sushi, langit sedang
cerah. Langit sore yang bukan favorit saya, tapi setidaknya tidak menambah teror
macet Jakarta hari minggu karena tidak menurunkan hujan. Begitu pula langit
malam ketika saya berkendara ke warung kopi kesayangan di daerah Cikini, saya
pikir hujan tidak akan mendatangi saya lagi. Lalu menjelang jam pulang malam
saya, di salah satu rute jalan pulang saya di daerah Pasar Rumput, ada
bekas-bekas hujan. Ah. Perempuan yang tidak bisa ditebak, tadi dia datang
dengan keanggunannya, lalu tiba-tiba tanpa tanda dia meninggalkan aromanya di
jalanan yang menjadi licin. Seperti itulah kedatangan perempuan di dalam hidup
seseorang lelaki, kadang-kadang tiba-tiba seperti jatuh dari langit, lalu
kadang-kadang tanpa aba-aba pergi begitu saja tanpa pemberitahuan. Saya mungkin
adalah hujan yang dikutuk lelaki baik hati yang baru saja angkat kaki dari
sejarah carut marut hidup saya.
Lalu di kemacetan yang tidak saya perkirakan akibat resepsi
akbar di suatu gedung yang jaraknya 500 meter dari Pancoran, yang membuat saya
terpaksa pasrah kalau saya harus kembali menaikkan amarah mama saya dan
mengemban cap anak yang tidak bisa dibilangin, hujan sebenarnya tidak turun di
situ, tapi saya masih membawanya di dalam pikiran saya. Perempuan pun
mengekspresikan hatinya seperti hujan. Saat gembira seperti langit yang terang,
perempuan menangis haru, hujan bisa saja turun, lalu saat kesal dan marah
seperti langit yang penuh amarah dan muntah kilatan, hujan jelas turun
menyandingi badai. Perempuan jelas menangis saat bersedih dan penuh amuk,
setidaknya di dalam hatinya.
Jadi, bagi saya, hujan itu perempuan. Saya mencintai hujan. Saya
mencintai perempuan, saya mencintai mama saya
yang sekarang dengan penuh keposesifan mengabsen saya setiap jam 7 malam
dan menyuruh pulang, meskipun sulit betul meredam kekesalan polos sebagai
perempuan muda berusia 24 tahun yang jadi merasa diperlakukan seperti ABG 17
tahun, saya menerimanya sebagai wujud rejeki saya karena saya masih
diperhatikan, dicintainya sebagai kembang kesayangannya. Mama adalah hujan,
hujan yang kalau turun akan selalu bikin mobil-mobil melambat dan sumbatan
total di jalanan jakarta yang akan membuat telapak kaki kiri saya mencium pedal
kopling penuh nafsu dan menguji kesabaran saya, tapi saya menyukai hujan karena
hujan adalah rejeki, tanpanya tidak akan tumbuh padi atau gandum sehingga
menghambat saya makan nasi goreng atau roti bakar.
naa
Mandi hujan pun adalah inspirasi saya untuk terobsesi punya
rumah sendiri yang kamar mandinya akan dipasangi rain shower.
Wednesday, May 2, 2012
cerita pacar perempuan
Hello there Folks,
Hari ini bertemu dengan pacar perempuan tersayang, yang
memarahi saya karena selaaaalu menyempatkan diri bertemu dengan orang-orang
lain tapi tidak menyempatkan diri bertemu dengannya. Haduh..... time management
saya memang buruk, bukan dia saja yang marah-marah, mama saya pun sudah naik
pitam rasanya soal itu.
Okay. waktu-waktu yang tidak terlewati bersama itu ternyata
tidak bisa membuat kedekatan saya dan dia mengangkang, artinya, kami hanya
butuh 2 jam untuk menyederhanakan timeline panjang segala permasalahan, ankara
murka, gosip, berita dan klarifikasi. Saya tahu, entah berapa minggu lagi atau
pun entah berapa bulan lagi akan ada waktu seperti ini, tapi pasti kami tidak
akan berubah! Berani jamin!
Pembicaraan mengenai saya dan percintaan dan kehidupan pasca
sumpah dokter sudah selesai dalam rangkaian 300 kata, happy ending. Saya sudah
kelewat banyak brainstorming dengan teman-teman aneka rupa tentang permasalahan
hidup saya jadi saat itu saya lebih tidak sabar mendengar berita kehidupannya.
Topik utama perempuan-perempuan menjelang usia 25
(berdasarkan pengalaman dan survei kecil-kecilan dan kebanyakan baca novel)
percintaan versus kemandirian, to simplify, putus pacar! Ya. Putus pacar. Teman
saya yang tersayang ini sudah mengarungi kehidupan aneh dan segala masalah di
dalamnya dan saya sudah hampir 6 tahun menyaksikannya atau setidaknya menjadi
pendengar epilognya saja, dan bagian putus pacar ini pun adalah pengulangan
episode dari season sebelum-sebelumnya. Dan hari itu dia tidak menangis, saya
percaya dia tidak akan menangis, tapi saya mengagumi kekuatan besar yang
dimiliki dari posturnya yang mini itu.
Mungkin hidup sudah demikian lucu baginya, atau kebebasan
berpikir sudah menuntunnya menghadapi masalah dengan berbagai solusi ajaib yang
meskipun berseberangan dengan norma atau malah garis agama sekali pun. Dia termasuk
jajaran teman yang saya idolakan dan saya tunggu-tunggu hari pernikahannya, dan
saya mengagumi kemandiriannya. Dan saya selalu suka bagian ketika dia
menceritakan bagaimana dia menceritakan masalahnya pada Tuhan dan bagaimana dia
meminta pada Tuhan. She talks to God like she talks to a friend. Lugas, akrab,
tanpa ada rasa malu-malu dan yang paling penting, jujur. Yah kita memang tidak
bisa berbohong pada Tuhan, jujur yang saya maksud di sini adalah bagaimana dia
mengakui bahwa dia masih melakukan hal yang salah dan sadar penuh kalau segala
cobaan yang diberikan itu mungkin adalah penebusan kesalahannya. Saya pikir
saya sudah cukup aneh dalam merangkai kata-kata doa, tapi ternyata teman saya
ini lebih unik lagi berdoanya.
Opini saya adalah, jarang-jarang saya menemukan orang yang
mencintai-Nya tanpa harus mengikuti mainstream bagaimana cara mencintai-Nya. Mengutip
kata-kata teman saya yang lain yang tersayang, mencintai-Nya bukan karena takut
pada-Nya tapi karena percaya pada-Nya. Percaya bahwa tidak ada kekuatan apa pun
yang mampu menolong kita selain kekuatan-Nya. Pacar perempuan saya ini entah
mengapa terasa lebih religius di mata saya, dan bukannya dibuat-buat seolah
ingin sok suci, tapi karena memang dia sesederhana itu mencintai Tuhan. Dengan berlari
pada-Nya kapan pun hidupnya tersandung dan bicara dengan-Nya dalam bahasa yang
akrab!
Saya bangga bisa berteman dengan perempuan-perempuan hebat,
dan teman ini adalah salah satunya. Jadi saya merasa penting untuk membukukan
perasaan ini di blog saya yang hanya dibaca secara reguler oleh segelintir
orang. Dan oh saya lupa, dia belum akan berumur 25 tahun ini karena dia lebih
muda daripada saya 1 tahun (damn!), tapi dia tampak jauh lebih dewasa,
berpengalaman hidup cukup banyak, fashionable (yang tidak akan segan-segan
memaksa saya ganti baju kapan pun selera berpakaian saya mencapai penilaian yang
diekspresikannya dengan mulut menertawakan) dan saya percaya dia akan jadi
dokter yang hebat seperti Cuddy di serial House. Dan hari ini ketika bertemu
saya dia mengenakan dress fancy dengan belt apik dan rambut baru yang
di-smoothing setengah karena dia ingin ujung-ujung ikalnya tetap ada agar tetap
tampak seksi. Dan dia berhasil mencapai image itu, dan ini mungkin terdengar
lesbi, saya menyayangi pacar perempuan saya ini seperti saya menyayangi pacar laki-laki
saya yang pernah ada, meskipun dia jawa tulen dan saya berasal dari sumatera
murni, tapi saya dan dia itu pada dasarnya punya alur yang sama dan mulut sama
pedasnya dalam mengomentari orang-orang, sehingga biarpun teman-teman lain
berrontokan seperti rambut saya dulu waktu masih panjang dan mengagumkan, dia
tetap akan bisa saya temui dan tetap menjadi teman yang sama persis tanpa
men-judge atau merasa asing.
Dulu saya pernah berdoa untuk seorang teman yang sudah
sama-sama meninggalkan cangkang keemasan usang pertemanan kami agar tidak pergi
dan menganggap saya simpanse aneh kalau-kalau saya menemukan cerita hidup
lain, dan tidak terkabul untuk suatu alasan yang saya sudah terima sekarang. Dan sekarang
saya berdoa semoga teman saya yang ini akan tetap menjadi pacar perempuan saya
sampai kapanpun, meskipun saya nanti bisa saja bertransformasi jadi bentuk yang
lebih aneh daripada yang terlihat di mata sebagian orang-orang, tapi semoga dia
tetap melihat saya sebagai saya, pacar perempuannya yang akan menangis kalau
melihat ayam-ayam digantung di motor dalam keadaan kepala di bawah dan dia akan
memanggil saya dengan nada sayangnya “aaah naanaaa jangan nangiiis...”
Glad to share.
naa
Ps woff yu luli.
summary
this is to sum up my whole week and in the beginning of May .
'a thank note'
terima kasih sudah melihat,
terima kasih sudah tersenyum
sudah menertawakan
sudah memutuskan untuk tercelup,
terima kasih tidak sengaja jadi kerikil
tidak sengaja tertarik ikut-ikutan menulis sejarah hidup,
ikut-ikutan banyak bicara sebanyak aku mengoceh
terima kasih untuk pelukan super erat yang hanya bisa dibalas tepukan di punggungmu
terima kasih akhirnya menyerah dan mau angkat kaki
sampai nanti,
dan selamat datang di klub teman karib ku.
naa
(if you can't stand my failed mixing coffee, then you can't stand living with me)
'tea cup'
afternoon tea with you
one cup of sour sweet tea
with the one i've dreamed
talk about this and that
and the life that's attached us for years
i won't lie or act things out like you're my ever after happy ending
but,
i'm happy, seriously, this is way much better
naa
ps
love you for a thousand more (years). by Christina Perry, sounds like a perfect track, played twice
Friday, April 27, 2012
quid pro quo
Folks,
seminggu ini saya pulang malam
terus, dan dimarahi mama saya. Menyalahi keilmuan saya sebagai dokter, saya
yang sedang batuk berkaing-kaing ini malah tidak banyak istirahat. Pun, weird
luck saya sedang nafsu-nafsunya menggumuli saya, seperti yang sudah pernah saya
tulis. Beberapa kejadian di minggu ini seperti di luar kuasa saya, tapi
lagi-lagi, saya tidak suka pakai kata apes, karena setiap hal pasti terjadi
untuk suatu alasan.
I am gonna lose some. Someone. Some
things. Some times, somehow. Saya akan kembali membenturkan kepala saya dan
mendapati ada ceruk besar terkerok dari hidup saya. Saya sangat sedih karena
saya tidak bisa berkuasa menceritakan logika dan bagaimana saya berpikir
tentang segala kehilangan ini karena menyangkut seorang individu, dengan cara
berpikir dan kedalaman emosinya sendiri. Yang terbaik yang dapat saya lakukan
adalah (hasil brainstorming dengan seorang teman) membangun defens agar arus
emosi itu tidak mencederai mental saya dan mencoba berbaikan dengan keadaan
yang akan masih terasa pahit sampai mungkin akhir tahun ini, sepahit obat batuk
cina rasa kecoa yang harus saya minum (hasil pemikiran sendiri). Tapi percayalah!
Saya selalu yakin dan sudah berdoa di rumah-Nya bahwa setiap orang yang
membenci saya dan mengatai saya jahat hanyalah sedang marah dengan cara yang
tidak benar dan dia belum mengenal saya dengan baik. Dan pada dasarnya semua
orang itu baik, setidaknya bagi saya dan pikiran naif saya ini.
Kembali bicara tentang kehilangan
: saya akan menyelesaikan urusan saya di Jakarta dalam beberapa minggu ini, dan
bersiap kembali menghadapi masa depan saya, menjadi dokter. Periode transisi
sudah selesai, bermain-main dan berlibur, dan magang 3 bulan demi menumpuk dana
liburan akhirnya akan sampai di kata cukupnya. Saya akan kehilangan waktu bersama
surga pribadi saya yaitu teman-teman sehidup sebahagia saya, dan mengucapkan
selamat tinggal pada tunggangan roda empat yang bocel kebanggaan saya itu, dan
harus angkat kaki pindah pulau. Saya akan kehilangan apa-apa yang memberi saya
kenyamanan dan habis sudah masanya saya menjadi anak manja yang
menghentak-hentakkan kaki untuk melawan keadaan, tidak ada yang lebih baik saya
lakukan selain mengemas barang saya, menyudahi perhutangan saya dengan siapa
pun di sini dan mengenakan jas putih saya lagi dan menghadapi episode
berikutnya. Saya sudah besar dan tidak bisa kembali menjadi kecil, baik ukuran
baju atau pun otaknya.
I am gonna lose some. But i’ll
get some.
Nevertheless, God never take some
things without giving you any. Saya mungkin kehilangan hubungan pacaran yang
menyenangkan dan super impian banyak orang. Tapi saya mendapat teman yang tidak
sengaja mendengarkan saya. Saya selalu menyayangi dan menghargai pertemanan
sebagai buah pikiran untuk memperkaya hidup saya. Dan menemukan teman bagi saya
berarti menemukan harta. Saya mungkin akan kehilangan cara untuk mempertahankan
hubungan pertemanan seperti yang sering terjadi selama ini, tanpa memikirkan masalah
singkat atau panjang pertemanan itu, saat ini mendengar dan didengarkan oleh
teman adalah hal terbaik yang bisa saya hadiahi bagi diri saya sendiri. Seseorang
yang akan mengatakan banyak hal baik dari perspektif yang tidak akan terjangkau
oleh saya karena mata saya yang cuma dua ini. Mungkin saya berlebihan senangnya,
tapi tidak apa-apa, membahagiakan diri sendiri itu penting! Dan imajinasi saya
cukup hebat untuk mampu membuat diri saya gembira tanpa sebab!
Well i might get less than what i lose, but at
least i get some.
Dan oh ya, kenapa saya membuka
tulisan saya dengan narasi dimarahi mama karena sering pulang malam, karena
mama saya dan banyak orang tidak mengerti apa yang saya kerjakan kalau saya
pulang malam. Saya mengobrol. Mendengar dan didengarkan. Belajar dan
dipelajari. Menangis dan ditangisi. Waktu mungkin musuh besar saya karena
sering gagal memecut pantat saya yang sering duduk berjam-jam di depan gelas
kopi dan seolah tidak ingat pulang. Karena saya mencintai teman-teman saya dan berada di dekat
mereka pada saat hidup saya sering betul memerah kelenjar air mata saya adalah
saat yang penting untuk menyaring ketidakwarasan. Tapi mama tentu tidak terima
alasan itu, dan saya tidak ingin membantahnya. Setiap orang punya alasan,
seperti yang saya umbar di sini. Dan setiap orang perlu dihormati alasannya,
termasuk saya ini.
Jadi, saya tidak takut kehilangan. Dan tidak takut mendapat rejeki nomplok kebanyakan. Mengutip kata-kata seseorang, semua ini cuma titipan; suatu hari harus dikembalikan.
Jadi, saya tidak takut kehilangan. Dan tidak takut mendapat rejeki nomplok kebanyakan. Mengutip kata-kata seseorang, semua ini cuma titipan; suatu hari harus dikembalikan.
Saya kembalikan pada-Nya, apa-apa yang menurut-Nya perlu diambil sekarang, meskipun saya akan terseok-seok pincang, tapi saya akan terbiasa. Kita semua akan terbiasa dan pada akhirnya mengikhlaskan dan berbaikan. Dan kembali hidup damai menunggu pemberian-Nya yang lain.
Dan oh ya, jangan mengira saya
sok religius J
saya hanya mencari alasan. Karena saya cinta pembuktian.
Selamat malam.
naa
Sunday, April 22, 2012
yang paling pagi
“melaju dan berlihat-lihatan,
maukah kamu memberitahu-Nya kamu cukup bahagia?
sepulang dari terbang di atas awan berjingkat milyaran milimeter
maukah kamu mengaku
dan bersyukur; atau berpendapat
lewat doamu dan bisikmu
atau sekedar lintasan pikiran bangun tidur”
-terbangun tadi pagi dan teringat dan berbisik ‘semoga kamu ; kita; baik-baik berlama-lama’ lalu menyeka mata yang entah kenapa banyak betul keraknya -
naa
Subscribe to:
Posts (Atom)